Program Makanan Tambahan Entaskan Stunting Hanya Tempe Viral, Begini Kata Dokter Tan
Anggaran untuk program pemberian makanan tambahan per anak sebesar Rp 18 ribu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk mengentaskan stunting dari Dinas Kesehatan, Depok, Jawa Barat viral di media sosial. Hal ini karena beberapa masyarakat mempertanyakan soal menu yang diberikan yang sepertinya tidak sesuai anggaran.
Dikutip dari infodepok_id, beberapa warga mengeluhkan menu yang hanya berupa tiga bola nasi atau hari berikutnya hanya diberi dua nugget tempe. Diketahui anggaran untuk program lokal dari 10 November sampai 8 Desember ini adalah Rp 18 ribu per anak.
“Usut vendor cateringnya, nugget tempe dua 2.000, bola-bola nasi 2.000, sayur tahu 1.000, packaging 1.500-2.000, sisanya masuk kantong siapa?” komentar akun @loli_lil***, dikutip Jumat (17/11/2023).
“18 ribu udah dapet nasi padang sama rendang woi,” timpal yang lain.
“Mendingan kasih telor setengah kilo,” kata warganet lain.
Meski demikian setelah viral, belakangan muncul laporan menu PMT tersebut menjadi lebih lengkap. Menu tersebut seperti nasi, dilengkapi lauk pauk protein hewani dan sayuran.
Ahli Gizi Masyarakat dr Tan Shot Yen menanggapi bahwa PMT itu ada dua jenis. Pertama, PMT penyuluhan yag setiap bulan diberikan saat penimbangan dan pengukuran tinggi badan di posyandu.
Untuk PMT Posyandu ini sebenarnya menjadi percontohan dan edukasi posyandu bagi para ibu. Menurut dia, biasanya tentang asupan pelengkap, kudapan dan selingan.
PMT tidak perlu seperti....
Jadi, PMT tidak perlu seperti menu nasi kotak hajatan, karena jika diberikan kepada bayi delapan bulan misalnya, menjadi salah sasaran. Memberikan jajanan warung juga bukan edukasi yang baik. Apalagi agar-agar warna warni, kemasan tinggi gula garam dan lemak, termasuk biskuit trans fat, aneka susu kotak bergula.
PMT sebaiknya dibedakan bagi bayi yang belum mengunyah dan anak balita. Jadi, PMT harus mengacu pada buku KIA.
“Bikin PMT repot? Gak juga. Hanya sebulan sekali banyak menu sehat sederhana asli Indonesia, sesuaikan dengan budaya lokal,” kata dr Tan, saat dihubungi melalui pesan elektronik, Jumat.
Sementara untuk PMT jenis kedua adalah untuk mencegah stunting seperti halnya yang dilakukan pemerintah Depok. Namun dokter Tan mengingatkan menu-menunya harus mengacu pada petunjuk teknis (Juknis) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Harus sesuai dengan juknis Kemenkes 2023, contohnya fokus pada protein hewani,” kata dia.
Dokter Tan menunjukan tabel contoh menu PMT lokal bagi bayi berusia enam sampai 23 bulan. Untuk menu PMT bayi enam sampai delapan bulan, misalnya, bisa diberikan bubur kentang daging ditambah buah melon atau bubur udang tahu plus buah pepaya.
Kemudian usia sembilan sampai 11 bulan diberikan nasi tim tongkol dan buah apel. Berikutnya usia 12-23 bulan, bisa makan nasi sup bola tahu ayam dan jeruk, hingga nasi godong udang bersama tambahan buah pisang.
“Mestinya ini, sebagai tambahan yang diberi 28-90 hari berturut-turut di samping ibu juga memberi makanan dari menu keluarga tiga kali makan sehari-hari,” lanjut dia.
Untuk anggaran PMT, menurut dr Tan, bisa dari sumbangan sukarela, pemerintah melalui dana operasional posyandu, dana desa, dan sebagainya. Dokter Tan juga mengingatkan perihal lima pintu menuju stunting.
Hal itu di antaranya saat fase kehamilan, kelahiran bayi, ASI eksklusif gagal, MPASI tidak benar secara kuantitas dan kualitas serta anak sering sakit. Anak sakit bisa karena kerap tertular batuk pilek, diare, TBC, dan imunisasi yang amburadul.
“Mestinya lima hal ini menjadi faktor utama pencegahan stunting yang harus dibenahi,” kata dr Tan menambahkan.