IHSG Diproyeksi Positif Sepekan Ke Depan, Sektor Ini Layak Dicermati
Dalam sepekan, IHSG bergerak naik sebesar 2,47 persen ke level 6.977,67.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham diproyeksi bergerak positif pada perdagangan beberapa hari ke depan. Dalam sepekan terakhir kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak naik sebesar 2,47 persen ke level 6.977,67.
Sepanjang pekan lalu, investor asing mencatatkan beli bersih atau net buy hingga mencapai Rp 708,46 miliar. Saham yang paling paling tinggi membukukan net buy asing yaitu BBCA Rp 432,8 miliar, AMMN Rp 306,5 miliar dan BMRI Rp 207,9 miliar.
"Pergerakan IHSG didukung oleh sentimen domestik mulai dari rilis data neraca dagang hingga data indeks harga properti," kata Research Analyst and Consultant Infovesta Kapital Dandhi Nur Prastiyo dalam ulasannya, Senin (20/11/2023).
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan sedikit peningkatan surplus menjadi 3,48 miliar dolar AS pada Oktober 2023. Peningkatan surplus didorong laju ekspor lebih besar dari laju impor. Pertumbuhan ekspor terus membaik setelah terkontraksi cukup dalam pada beberapa bulan sebelumnya.
Nilai ekspor tercatat naik 6,76persen menjadi 22,15 miliar dolar AS. Kontribusi ekspor didorong dari peningkatan nonmigas terutama dari golongan barang bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati. Negara dengan tujuan ekspor telah terjadi peningkatan permintaan terutama dari China, India, dan Jepang.
Selain itu, rilis data indeks harga properti pada kuartal III 2023 juga meningkat 1,96 persen yoy. Peningkatan indeks properti diakibatkan oleh harga bahan bangunan yang turut mengalami kenaikan.
Serta dampak dari suku bunga BI-7drrr juga mengerek laju kredit KPR, meskipun kenaikannnya tidak secepat BI rate. Kenaikan indeks properti mencerminkan kenaikan harga rumah baik dari tipe kecil, menengah, dan besar.
Sentimen dari global, rilis data indeks harga China masih tetap terkontrasi sebesar 0,1 persen yoy pada Oktober 2023. Daya beli masyarakat yang rendah, serta permintaan tetap yang lesu, menjadi faktor penurunan sektor properti China.
Stimulus yang digelontorkan pemerintah China masih belum mampu mendongrak sektor properti. Padahal, sektor properti ini mempunyai andil cukup penting terhadap pertumbuhan ekonomi China.
Sentimen dari AS, rilis data penjualan ritel melambat menjadi 2,5 persen yoy. Tingkat penjualan ritel yang turun akan berdampak secara langsung terhadap perlambatan biaya servis. Perlambatan indikator ekonomi Amerika Serikat menjadi sentimen positif untuk pasar.
"Dalam sepekan ke depan, pada pasar saham, investor dapat memilih saham pada sektor perbankan dan sektor konsumer yang tergolong undervalued dan mempunyai fundamental yang solid," kata Dandhi.