Psikolog Ungkap Hal yang Dibutuhkan Anak di Usia Golden Age

Pendampingan orang tua selama periode emas anak harus terus dilaukan.

Tangkapan layar
Geum Ji Eun di episode Golden Kids.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Viralnya tayangan realitas Korea Selatan "My Golden Kids" membuat banyak orang semakin sadar mengenai pentingnya periode golden age. Banyak warganet sadar pengasuhan di masa itu tak boleh disepelekan.

Baca Juga


Golden age atau periode emas merupakan tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa awal kehidupan anak. Ada yang menyebutnya ada di rentang nol sampai lima tahun, enam tahun, atau tujuh tahun.

Dalam "My Golden Kids" episode ke-169 yang menjadi viral, yang jadi sorotan adalah balita lelaki empat tahun bernama Geum Ji Eun. Warganet menyayangkan cara ayah dan ibunya menghadapi tingkah bocah itu.

Salah satunya, momen ketika ibu Geum Ji Eun menyepelekan minat putranya. Juga, ketika ibunya tidak memberikan perhatian yang cukup karena kelelahan setelah bekerja dan mengurus adik Geum Ji Eun yang masih bayi.

Dikutip dari laman Healthline, Rabu (22/11/2023), psikolog berlisensi Juli Fraga yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat, menjelaskan sejumlah hal yang dibutuhkan anak dari orang tua di tujuh tahun pertama kehidupannya. Menurut Fraga, periode itu penting, meski juga bukan 'segalanya'.

Sebab, Fraga berpendapat pendampingan orang tua dalam perkembangan anak harus terus dilakukan, bahkan hingga anak beranjak remaja dan dewasa. Setidaknya, tujuh tahun pertama kehidupan punya arti penting dalam mengembangkan keterampilan sosial anak.

"Seperti banyak aspek dalam mengasuh anak, tidak ada hitam atau putih. Meskipun menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak kita sangatlah penting, kondisi yang tidak sempurna seperti trauma dini, penyakit, atau cedera tidak selalu menentukan kesejahteraan anak kita secara keseluruhan," tutur Fraga.

Otak manusia berkembang pesat....

 

 

Data dari studi oleh Universitas Harvard menunjukkan otak manusia berkembang pesat selama tahun-tahun pertama kehidupan. Sebelum anak menginjak usia tiga tahun, terbentuk satu juta koneksi saraf setiap menitnya. 

Tautan itu menjadi sistem pemetaan otak, yang dibentuk oleh kombinasi alam dan pengasuhan, terutama interaksi "melayani dan membalas". Untuk bayi, interaksi respons dengan orang tua/pengasuh itu misalnya berupa menyusui, memberi makan, mengganti popok, atau menidurkan saat bayi menangis.

Namun, saat bayi beranjak balita, interaksi "melayani dan membalas" dapat diekspresikan dengan obrolan serta memainkan berbagai permainan. Interaksi itu memberi tahu anak-anak bahwa orang tua/pengasuh memperhatikan dan terlibat dengan apa yang ingin mereka katakan. 

Pada akhirnya, itu dapat menjadi landasan bagaimana seorang anak mempelajari norma-norma sosial, keterampilan komunikasi, dan seluk-beluk hubungan. "Koneksi saraf ibarat akar pohon, fondasi tempat terjadinya semua pertumbuhan," ujar psikoterapis Hilary Jacobs Hendel.

Jika interaksi tadi terganggu atau rusak, akan sangat berdampak pada perkembangan anak. Apabila sesekali terlewatkan, misalnya akibat stres dan pekerjaan sehingga membuat orang tua sibuk dan mengabaikan anak, para pakar menyebut itu masih bisa dimaklumi.

 

Akan tetapi, sebaiknya tidak terus-menerus mengabaikan interaksi dan momen dengan anak selama tahun-tahun awal perkembangannya. Sebab, itu bakal memengaruhi gaya keterikatan anak, yang berdampak pada cara mereka mengembangkan hubungan di masa depan. "Keterikatan membentuk ketahanan untuk menghadapi tantangan hidup," kata Hendel.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler