Kisah Tokoh Kafir Quraisy Kena Mental karena Kemukjizatan Alquran
Walid bin Mughirah adalah tokoh kafir Quraisy yang dikenal sebagai pemikir cemerlang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Walid bin Mughirah al-Makhzumi adalah orang kaya raya, bahkan di kalangan bangsa Arab terkenal sebagai pemikir cemerlang dan pengurus yang baik. Mereka selalu meminta pendapat Walid bin Mughirah dalam menyelesaikan persoalan sosial atau perselisihan yang terjadi di antara kelompok-kelompok bangsa Arab.
Karena itu, Walid bin Mughirah dijuluki Rihanat al-Guraisy yang berarti bunga hijau Quraisy. Suatu hari, Walid bin Mughirah menemui Nabi Muhammad SAW atas permintaan sejumlah orang di antara kalangan musyrik agar dapat secara dekat mengenali kondisi Rasulullah SAW dan meneliti ayat-ayat Alquran.
Atas permintaan Walid bin Mughirah, Rasulullah SAW pun membaca Surat Ha Mim Sajdah (Surat Fussilat) untuknya. Ayat-ayat suci Alquran itu sangat berpengaruh sehingga menimbulkan guncangan psikologis dalam diri Walid bin Mughirah.
Dilansir dari buku 40 Kisah Keagungan Alquran karya Musthafa Muhammadi (Ahwazi) yang diterjemahkan Yusuf Anas diterbitkan Oorina, 2008, tanpa sadar Walid bin Mughirah meninggalkan tempat lalu menuju kumpulan orang sekafilah dengannya, yaitu Bani Makhzumi.
Di sana, Walid bin Mughirah berkata, "Demi Tuhan, aku telah mendengar sesuatu perkataan dari Muhammad (Nabi Muhammad SAW) yang tidak menyerupai sama sekali dengan perkataan manusia, juga tidak sulit. Apa yang dibacakannya itu terasa sangat manis dan memiliki keindahan tersendiri."
"Bagian atasnya dipenuhi buah-buahan, sebagaimana cabang-cabang pepohonan yang dipenuhi buah-buahan. Adapun bagian bawahnya, seperti akar pepohonan yang hidup ribuan tahun dan dipenuhi air. Apa yang diucapkannya itu akan mengungguli segala perkataan dan tak satu pun perkataan yang mampu menggunggulinya."
Kemudian, merebaklah isu...
Kemudian, merebaklah isu di kalangan bangsa Quraisy bahwa Walid bin Mughirah telah terpaut hatinya kepada perkataan-perkataan Nabi Muhammad SAW. Jika ini terjadi, maka semua orang Quraisy akan berada di bawah pengaruhnya sehingga akhirnya mereka akan condong kepada Nabi Muhammad SAW.
Abu Jahal berkata, "Aku akan mencari jalan untuk menyadarkannya." Selanjutnya Abu Jahal pergi ke rumah Walid bin Mughirah, dengan raut muka kusut, Abu Jahal duduk di samping Walid bin Mughirah.
Walid bin Mughirah bertanya, "Mengapa kamu begitu sumpek?" Abu Jahal menjawab, "Bagaimana aku tak sumpek seperti ini, sementara dengan umur dan kemuliaan diri yang kau miliki itu bangsa Quraisy telah melihat keburukan dalam dirimu. Mereka berkata bahwa dengan kata-katamu yang berpengaruh itu, engkau telah menghiasi ucapan-ucapan Muhammad (Rasulullah SAW)."
Walid bin Mughirah bersama Abu Jahal selanjutnya pergi menuju tempat berkumpulnya orang Quraisy. Di hadapan mereka, Walid berkata, "Apakah kalian berpikir, Muhammad (Nabi Muhammad SAW) itu gila?” Mereka menjawab, "Tidak!"
Walid bin Mughirah lalu melanjutkan, “Apakah kalian berpikir bahwa dia (Nabi Muhammad SAW) tukang tenung sehingga kalian melihat ada tanda-tanda tukang tenung padanya?" Mereka menjawab, "Tidak!"
Walid bin Mughirah bertanya kembali, "Apakah kalian berpikir dia seorang penyair, dan apakah sampai saat ini kalian pernah mendengar syair yang diucapkannya?" Mereka menjawab, "Tidak!"
Walid bin Mughirah bertanya lagi...
Walid bin Mughirah bertanya lagi, "Apakah kalian berpikir bahwa dia (Nabi Muhammad SAW) seorang pendusta? Bukankah justru dia seorang yang jujur dan amanah, bahkan memiliki julukan yang benar dan terpercaya?”
Orang-orang Quraisy lalu bertanya, “Kalau begitu, kita harus menyifatinya dengan apa?"
Setelah beberapa saat tampak sedang berpikir, Walid bin Mughirah kemudian berkata, "Katakanlah, dia seorang penyihir, karena dengan kata-katanya telah terjadi perpisahan antara ayah dengan anaknya, bahkan dengan sanak keluarga lainnya."
Demikianlah orang kafir di Makkah pada waktu itu memfitnah dan membuat julukan yang tidak masuk akal kepada Nabi Muhammad SAW yang jujur, amanah, benar dan tepercaya. Padahal mereka sendiri menyaksikan dan mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang jujur, amanah, benar dan tepercaya.