Bentrok Pro Palestina dan yang Menolak di Bitung, Kapolri: Jangan Terjadi Lagi
Sigit meminta aparat keamanan dan tokoh di Bitung saling jaga keamanan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengingatkan agar kerusuhan dua kelompok yang terjadi di Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut) tak terulang. Jenderal Sigit meminta agar semua elemen masyarakat tak terpancing provokasi.
Ia juga memerintahkan agar aparat keamanan di wilayah tersebut mengusut pelaku-pelaku kekerasan yang terjadi dalam bentrokan tersebut.
Kapolda Sulawesi Utara Inspektur Jenderal (Irjen) Setyo Budiyanto mengatakan, situasi dan keamanan di Kota Bitung sudah aman dan kondusif. “Kami sampaikan bahwa, situasi dan keamanan di Kota Bitung, sejak tadi malam sudah kondusif, aman, dan terkendali,” kata dia, Senin (27/11/2023).
Kepolisian, pun kata dia, berterimakasih dengan para pemangku keagamaan, serta adat untuk sama-sama bersedia mendeklarasikan kesepakatan damai. Deklrasi damai tersebut, kata dia sudah dibacakan bersama-sama di GOR Manembo-Nembo Kota Bitung pada Sabtu (25/11/2023) malam beberapa saat setelah insiden bentrokan.
Adapun terkait dengan penanganan masalah hukum, kata Irjen Setyo, tim Polres Bitung sudah menangkap 7 orang sebagai tersangka yang terlibat kekerasan dalam bentrokan tersebut.
Ketujuh tersangka itu adalah RP, dan HP. Serta GK, FL, BI, MP, dan RA. Irjen Setyo menerangkan, tersangka RP dan HP ditangkap terkait dengan peristiwa kekerasan yang terjadi di kawasan Sari Kelapa. Dan Tersangka GK, FL, BI, MP, dan RA ditangkap terkait dengan peristiwa di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Bitung.
Para tersangka, kata Irjen Setyo dijerat dengan sangkaan Pasal 170 KUH Pidana, dan Pasal 338 KUH Pidana.
Bentrokan dua kelompok terjadi di Kota Bitung, Sulawesi Utara pada Sabtu (25/11/2023) waktu setempat. Bentrokan tersebut berawal dari aksi kelompok masyarakat Islam yang diinisiasi oleh Barisan Solidaritas Muslim Kota Bitung untuk melaksanakan aksi damai dan shalat ghaib untuk masyarakat Palestina. Konsentrasi aksi kelompok damai tersebut berada di Masjid Ribathul Qulub Kota Bitung. Pada hari dan jam yang sama, Kelompok Masyarakat Adat Makatana Minahasa dengan Pasukan Kristen Manguni Makasiou melakukan Parade Budaya HUT ke-12 ormas tersebut.
Para peserta parade budaya masyarakat tersebut dilengkapi dengan senjata tajam, dan panah. Dalam sejumlah dokumentasi para peserta parade budaya itu, membawa serta, dan mengibar-ngibarkan bendera Zionis Israel.
Sementara kelompok peserta aksi Bela Palestina, hanya menggelar orasi kepedulian, dan shalat gaib untuk untuk Muslim Palestina. Para peserta shalat ghaib didominasi para ibu-ibu, perempuan, dan anak-anak muda yang tanpa membawa benda-benda berbahaya.
Menurut laporan kepolisian, sekitar pukul 16:54 WITA kelompok parade budaya memaksa masuk ke kawasan kota di dekat aksi damai Bela Palestina. Kerusuhan terjadi ketika sejumlah pemuda peserta parade budaya yang membawa senjata tajam melakukan penganiayaan terhadap peserta aksi Bela Palestina.
Peserta parade budaya, pun melakukan pengrusakan, dan pembakaran terhadap unit ambulan yang mencoba melakukan pertolongan terhadap peserta aksi Bela Palestina yang menjadi korban penganiayaan. Hal tersebut memancing kelompok Islam melakukan perlawanan. Bentrokan maut yang terhindarkan berujung pada tewasnya satu warga, dan membuat lainnya luka-luka.