Jelang Konferensi Iklim PBB di Dubai, Ini Hal yang Perlu Diketahui Seputar COP28
COP28 hadir sebagai bentuk aksi iklim internasional.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pemimpin dunia, ilmuwan, aktivis, dan pihak terkait siap untuk mengadakan pertemuan di konferensi iklim PBB di Dubai, Uni Emirat Arab. Setelah satu tahun cuaca ekstrem di seluruh dunia, termasuk 12 bulan terpanas yang pernah tercatat, COP28 hadir di saat yang kritis bagi aksi iklim internasional. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui seputar COP28.
Apa itu COP28 dan kapan diadakan?
COP28 berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), dari tanggal 30 November hingga 12 Desember. Ini adalah Konferensi Para Pihak (Conference of Parties/COP) ke-28 yang akan diselenggarakan sebagai bagian dari perjanjian internasional Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang dibentuk pada KTT Bumi di Brazil pada tahun 1992. Tujuannya adalah untuk mengatasi dampak negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan, terutama emisi gas rumah kaca.
Sebagai bagian dari UNFCCC, semua penandatangan yang saat ini mencakup 193 negara anggota PBB, berkumpul setiap tahun di COP untuk membahas upaya memerangi dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Sejak COP perdana pada tahun 1995, komitmen iklim yang krusial telah disepakati pada pertemuan-pertemuan ini. Ini termasuk Perjanjian Paris yang penting dari COP21 pada tahun 2015, sebuah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum yang menetapkan untuk menjaga pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.
Mengapa pilihan presiden COP28 begitu kontroversial?
Presiden COP28 dari UEA yang ditunjuk adalah Dr Sultan Al Jaber, utusan khusus UEA untuk perubahan iklim selama tiga tahun terakhir. Ia juga merupakan CEO Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) - sebuah posisi yang dianggap tidak cocok untuk memimpin respons krisis iklim dunia.
Setelah pengangkatannya diumumkan awal tahun ini, lebih dari 130 anggota parlemen dari Eropa dan Amerika Serikat menulis surat kepada PBB, Presiden Komisi Uni Eropa, dan Biden untuk menuntut pengunduran dirinya.
Dilansir Newscientist, Selasa (28/11/2023), para pegiat iklim juga mengecam penunjukan Sultan Al Jaber. Ia dinilai sebagai pihak pencemar dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan di COP28. Ini adalah pertama kalinya seorang CEO perusahaan, apalagi perusahaan minyak, memimpin konferensi tersebut.
Siapa saja yang akan hadir di COP28?
Lebih dari 200 pemerintah diundang ke Dubai, namun banyak pemimpin yang belum mengonfirmasi kehadiran mereka. Presiden AS Biden dilaporkan tidak berencana untuk melakukan perjalanan ke pertemuan tersebut, demikian informasi dari Gedung Putih AS. Namun demikian, Biden pemerintah AS dilaporkan mendukung pelaksanaan COP28 yang kuat dan produktif.
Perdana Menteri Inggris Sunak mengonfirmasi bulan lalu bahwa ia akan hadir, sembari menyampaikan beberapa pernyataan kontroversial mengenai kebijakan Net Zero Inggris. Raja Inggris Charles III juga akan hadir atas nama pemerintah dan memberikan pidato pembukaan. Ini akan menjadi yang ketiga kalinya bagi Raja Charles III, setelah COP26 di Glasgow dan COP21 di Paris.
Peserta lain yang sangat penting tahun ini adalah Paus Fransiskus, yang telah mengkonfirmasi rencana perjalanannya pada tanggal 1 November. Hal ini menyusul seruan yang langka dan penuh semangat dari Paus berusia 86 tahun ini, yang mendesak para politisi yang lamban untuk maju. Ia akan berada di Dubai dari tanggal 1 hingga 3 Desember, dengan rincian perjalanannya yang belum diumumkan.
Apa yang bisa kita harapkan dari COP28?
Dilansir Euronews, setidaknya ada empat tujuan utama dari COP28 yaitu mempercepat transisi energi yang adil, teratur dan merata; memperbaiki pendanaan iklim; menempatkan alam, kehidupan, dan mata pencaharian di jantung aksi iklim; serta memobilisasi untuk COP yang paling inklusif sejauh ini.
Mempercepat transisi energi akan menjadi isu utama, karena negara-negara masih terpecah dalam hal cara mengatasi penggunaan bahan bakar fosil yang tidak berkelanjutan di dunia. Uni Eropa akan mendorong kesepakatan pertama di dunia untuk menghapuskan penggunaan batubara, minyak, dan gas yang tak kunjung berhenti secara global. Blok-blok negosiasi dan negara-negara lain kemungkinan besar akan menolak hal ini, termasuk produsen bahan bakar fosil utama seperti Arab Saudi, dan negara-negara berkembang yang mengandalkan bahan bakar fosil untuk menumbuhkan ekonomi mereka.
Kebutuhan akan kesepakatan yang ambisius akan digarisbawahi oleh Global Stocktake yang pertama kali diadakan pada awal pertemuan. Rapor tentang kemajuan iklim ini akan menunjukkan seberapa jauh negara-negara memenuhi komitmen mereka di bawah Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global.
Mengapa COP28 sangat penting?
Mengingat lambatnya laju perubahan dibandingkan dengan kecepatan perubahan iklim, negara-negara di dunia harus melakukan aksi-aksi iklim yang signifikan. Dan seperti yang dikatakan pada pakar, proses negosiasi di COP28 merupakan proses terbaik yang kita miliki saat ini.