Kasus Pneumonia Misterius Landa China, Indonesia Tingkatkan Kewaspadaan

Ribuan warga China menderita pneumonia yang belum diketahui penyebabnya.

EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Anak di China memakai masker pada 23 November 2023. WHO resmi meminta China memberikan informasi mendetail tentang peningkatan kasus penyakit pernapasan dan pneumonia pada anak.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan RI melakukan sejumlah upaya peningkatan kewaspadaan guna menghadapi risiko penularan wabah pneumonia misterius yang menyerang ribuan warga China. Salah satu bentuknya ialah dengan pengawasan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan terhadap orang dengan gejala flu.

"(Penderita) kemudian kami edukasi. Kemudian kalau memang bertambah berat, penderita dianjurkan datang ke fasilitas pelayanan kesehatan," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi saat ditemui di Jakarta, Selasa (28/11/2023).

Baca Juga



Nadia mengatakan upaya peningkatan kewaspadaan lainnya adalah dengan melakukan pengawasan pada bahan makanan produk hidup. Selain itu, Kemenkes juga memiliki suatu sistem surveilans yang bernama Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI).

Surveilans ILI dan SARI, menurut Nadia, dilakukan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), seperti Puskesmas, untuk melakukan monitor terhadap gejala yang menyerupai influenza. Hal tersebut dilakukan lantaran wabah pneumonia tersebut salah satunya dipicu oleh bakteri Mycoplasma, yang mengakibatkan gejala mirip influenza, namun bukanlah influenza karena penyakit tersebut hanya diakibatkan oleh virus.

"Harusnya gini, kalau orang sakit influenza dia sembuh sendiri dan gak perlu dirawat sampai berat. Makanya kita punya SARI itu untuk memantau kasus-kasus influenza yang dengan tiba-tiba dia jadi berat atau dia jadi bergejala berat," ujarnya.

Jika terdapat kasus tersebut, Nadia menjelaskan Dinas Kesehatan setempat akan mengambil sampel untuk dilakukan pemeriksaan genome sequencing. Ini dilakukan untuk meninjau ulang apakah penyakit tersebut diakibatkan oleh bakteri Mycoplasma atau bakteri/virus lainnya.

Selain itu, kewaspadaan mengenai obat-obatan juga dilakukan. Nadia mengonfirmasi bahwa obat untuk mengatasi infeksi bakteri Mycoplasma telah tersedia di Indonesia.

"Sampai saat ini, kalau untuk Mycoplasma kita punya, obatnya ada di Indonesia, jadi kita tidak perlu (impor). Ini kan bukan suatu penyakit baru ya, jadi tinggal memastikan diagnostiknya apakah Mycoplasma atau bukan," ucapnya.

Upaya peningkatan kewaspadaan tersebut, menurut Nadia, juga sesuai dengan anjuran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Agar peningkatan kewaspadaan berjalan secara optimal, dia mengimbau masyarakat untuk senantiasa mencuci tangan dengan air mengalir, menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta memakai masker bila merasa tidak sehat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler