Mycoplasma Pneumoniae Picu Wabah Pneumonia di Cina, Bagaimana Cara Mencegah Penularannya?
Sebagian besar kasus pneumonia di Cina disebabkan bakteri Mycoplasma pneumoniae.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pneumonia pada anak di berbagai rumah sakit Cina mengalami lonjakan yang signifikan sejak Mei 2023. Sebagian besar kasus pneumonia tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae pada paru-paru. Mycoplasma pneumoniae merupakan salah satu kuman yang sering menyebabkan terjadinya "walking pneumonia" atau pneumonia berjalan.
Pneumonia berjalan pada dasarnya merupakan istilah non medis untuk kasus-kasus pneumonia yang ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit. Sedangkan istilah medis untuk kondisi ini adalah pneumonia atipikal, menurut American Lung Association.
Ahli epidemiologi dari University of Hong Kong, Benjamin Cowling, mengungkapkan bahwa lonjakan infeksi pernapasan akut di musim dingin merupakan hal yang biasa terjadi. Terlebih, aturan terkait penggunaan masker hingga jaga jarak sosial sudah sangat dilonggarkan sejak pandemi Covid-19 berakhir.
Di beberapa negara, pemicu lonjakan kasus infeksi pernapasan akut di musim dingin adalah infeksi RSV dan flu. Sedangkan di Cina, lonjakan kasus infeksi pernapasan akut yang terjadi saat ini umumnya disebabkan oleh infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri seperti Mycoplasma pneumoniae biasanya dapat diobati dengan antibiotik bernama macrolides. Akan tetapi, ketergantungan berlebih terhadap obat-obatan ini bisa memicu resistensi obat pada bakteri Mycoplasma pneumoniae.
Mengacu pada studi, tingkat resistensi Mycoplasma pneumoniae terhadap macrolides di Beijing cukup tinggi, berkisar di angka 70-90 persen. Cowling mengatakan, resistensi obat dapat menghambat terapi pengobatan dan memperlambat proses pemulihan kasus pneumonia akibat infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Oleh karena itu, saat ini banyak kasus pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae di Cina yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. "Resistensi inilah yang mungkin berkontribusi terhadap tingginya tingkat rawat inap untuk kasus (pneumonia akibat infeksi) M.pneumoniae tahun ini," kata Cowling, seperti dilansir Nature pada Kamis (30/11/23).
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengungkapkan bahwa infeksi Mycoplasma pneumoniae bisa mengenai individu yang sama lebih dari sekali. Di sisi lain, hingga saat ini belum ada vaksin yang bisa mencegah infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Meski begitu, CDC mengungkapkan bahwa ada beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi diri dari risiko penularan Mycoplasma pneumoniae. Upaya pencegahan ini umumnya berkaitan dengan kebersihan diri.
"Seperti kebanyakan kuman-kuman yang menginfeksi sistem pernapasan, Mycoplasma pneumoniae paling sering ditularkan melalui batuk dan bersin," ujar CDC.
Melalui laman resminya, CDC membagikan lima upaya pencegahan penyebaran Mycoplasma pneumoniae. Berikut ini adalah kelima upaya pencegahan tersebut:
1. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin.
2. Buang tisu ke tempat sampah sesaat setelah digunakan.
3. Bila tak memiliki tisu, tutup mulut dan hidung dengan siku bagian dalam atau lengan atas bagian dalam saat batuk dan bersin.
4. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun setidaknya selama 20 detik.
5. Bila sabun dan air tidak tersedia, gunakan hand sanitizer beralkohol untuk membersihkan tangan.