Studi Soroti Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Laut
Pakar menilai pentingnya mitigasi dampak ekologi dari wisata terhadap ekosistem laut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesor riset bidang konservasi keanekaragaman hayati Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hendra Gunawan, mengingatkan pentingnya mitigasi dampak ekologi kegiatan wisata alam taman nasional yang saat ini cenderung meningkat mengikuti tren global.
“Kita perlu memitigasi dampak ekologi wisata alam pada habitat, hidupan liar, pola migrasi, dan penyebaran penyakit. Jika hal ini diabaikan, akan mengancam keberlanjutan wisata alam itu sendiri,” kata dia dalam Workshop Pengelolaan Wisata Alam di Taman Nasional Baluran, Banyuwangi, Jawa Timur.
Hendra menambahkan dampak lain dari wisata alam liar yang perlu dicermati. Pertama, memastikan wisatawan tidak membawa penyakit yang dapat ditularkan dan aktivitas pengunjung tidak menyakiti, mengganggu, bahkan mengeksploitasi hidupan liar.
Kedua mitigasi dampak pada pola migrasi dan rutinitas harian yang harus selaras dengan rute wisata. Ketiga, mitigasi penyebaran penyakit melalui penerapan protokol kesehatan dan kebersihan untuk mencegah penyebaran penyakit.
“Maka dari itu fungsi pendidikan dan kesadaran lingkungan baik oleh pengelola maupun para wisatawan terkait konservasi alam harus dipahami. Salah satunya dengan menerapkan batasan jumlah pengunjung. Selain itu kolaborasi dengan komunitas lokal dalam pengelolaannya sehingga berdampak pada pengembangan wisata yang memberikan manfaat positif bagi masyarakat,” jelas Hendra seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (30/11/2023).
Direktur Pengelolaan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nandang Prihadi, menekankan pentingnya memahami dampak wisata alam terhadap spesies dan ekosistem. Namun tetap memberi kepuasan pengunjung.
“Maka dari itu pentingnya edukasi pada pengunjung agar tumbuh kesadaran yang pada akhirnya turut berpartisipasi dalam upaya konservasi wildlife,” ujar dia.
Sementara itu Kepala Balai Taman Nasional Baluran, KLHK Johan Setiawan mengatakan secara ekosistem Taman Nasional Baluran dikenal sebagai savananya, sehingga dijuluki africa van java atau little africa in java.
“Potensi alam dan satwa liarnya yang unik dan menarik untuk dikunjungi sebagai obyek wisata selama ini cukup menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Beberapa spesies ikonik yang ingin mereka lihat secara langsung di habitatnya yaitu banteng, macan tutul, merak, rusa, lutung, monyet, dan masih banyak lagi,” ujar Johan.
Seperti diketahui wisata alam taman nasional sangatlah bernilai karena dapat mendekatkan manusia dengan alam. Melalui wisata alam kita dapat memahami mengapa alam penting bagi manusia, sehingga dapat mengubah pemikiran manusia.
Di Indonesia, wisata alam taman nasional memiliki arti yang sangat strategis seperti sumber pendanaan konservasi, sarana meningkatkan kesadaran masyarakat, pertumbuhan ekonomi lokal, diversifikasi pendapatan, manfaat pendidikan, mempromosikan potensi daerah, mendukung penelitian, dan mempengaruhi kebijakan konservasi.