Indonesia Tagih Janji Pendanaan Iklim di COP 28
Ia menegaskan akses pendanaan iklim menjadi isu paling krusial.
REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pemerintah Indonesia dalam perhelatan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau COP 28 akan menagih janji pendanaan iklim yang inklusif agar program mitigasi perubahan iklim bisa dieksekusi dengan baik.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehuatanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan implementasi aksi mitigasi iklim perlu keterlibatan seluruh pihak dari berbagai kelompok masyarakat. Ia menegaskan akses pendanaan iklim menjadi paling krusial dibahas dalam COP 28 tahun ini.
"Pentingnya pemenuhan janji dukungan pendanaan dan spirit leading by example dari Indonesia," kata Siti di Dubai, UEA, Rabu (29/11/2023).
Siti menilai, perhelatan COP 28 kali ini menjadi penting karena seluruh pihak akan menjelaskan implementasi dan langkah mitigasi iklim. Negara-negara juga akan melakukan merumuskan pendanaan iklim yang lebih aksesibel.
Terakhir, kata Siti, Indonesia akan menekankan bahwa keterlibatan langsung masyarakat dalam keberlanjutan aksi mitigasi perubahan iklim menjadi hal yang penting untuk didorong bersama.
''Pesan yang ditegaskan oleh Presiden COP 28 UEA, menggarisbawahi tentang be positive and be prepared. Juga ditegaskan tentang semangat tersebut meliputi memulihkan trust terhadap multilateralisme, memungkinkan just and responsible energy transition, memperbaiki pendanaan iklim dan membuat lebih tersedia, terjangkau dan mudah diakses. Serta memastikan pembangunan sosial ekomomi yang berkelanjutan dan adil untuk semua," pungkas Siti.
Presiden COP 28 Sultan Ahmed Al Jaber dalam paparannya memastikan pada COP 28 ini, UEA sebagai tuan rumah akan menagih implementasi nyata dari perjanjian dan komitmen yang tertuang di atas kertas untuk memitigasi perubahan iklim.
"Kita menyadari semua persoalan krusial dalam mitigasi iklim saat ini adalah kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang. Pada COP 28 kali ini kami mendorong untuk implementasi yang jelas terhadap semua janji dan roadmap yang telah tertulis sejak Paris Agreement 2015 silam," tegas Ahmed Al Jaber pada konferensi pers persiapan pembukaan COP 28 di Dubai, Rabu (29/11/2023).
Dia juga menegaskan tumpukan komitmen kerja sama sudah banyak dilakukan di berbagai perhelatan pertemuan dunia. Hanya saja, realisasi pendanaan yang konkrit belum terlihat jelas hingga kini.
"Kita tidak bisa terus-terusan membicarakan cara mengatasi tantangan iklim tanpa memiliki kerangka pendanaan baru yang jelas, kuat, dan baik," tegas Ahmed Al Jaber.