Islamofobia di Eropa Meningkat, 10 Pejabat UE Minta Penegak Hukum Waspada
Kejahatan kebencian yang menargetkan Muslim dan Yahudi meningkat di Eropa.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pejabat anti-rasisme di seluruh Eropa telah meminta lembaga penegak hukum untuk tetap waspada akan kejahatan rasial terhadap umat Islam. Mereka juga meminta lembaga penegak hukum tidak melakukan upaya apa pun untuk melindungi pihak-pihak yang melakukan kejahatan rasial.
Pernyataan ini dikeluarkan bertujuan mengatasi peningkatan Islamofobia di tengah perang Israel-Hamas. Pernyataan tersebut ditandatangani oleh perwakilan dari 10 negara Eropa serta pejabat Uni Eropa (UE).
Mereka mencatat meningkatnya jumlah kejahatan kebencian, ujaran kebencian, dan ancaman terhadap kebebasan sipil yang menargetkan komunitas Muslim dan Yahudi di seluruh Eropa dalam beberapa bulan terakhir.
BACA JUGA: Perjalanan Laskar Manguni: Dari Pertahanan Regional Hingga Terbang dalam Kegelapan
Selain itu, dalam laporan tersebut mereka juga mengungkap telah menjadi sasaran serangan fisik dan verbal. Komunitas Muslim merasa semakin tidak aman dan terancam, baik online maupun offline. Khususnya untuk mengatasi Islamofobia, kelompok tersebut mengatakan mereka sangat prihatin terhadap umat Islam.
“Fenomena seperti ini, jika tidak diatasi, dapat mengancam kohesi sosial dalam masyarakat kita dan dapat membuat komunitas rentan terkena dampak buruk lebih lanjut,” kata para pejabat itu, seperti dilansir The Guardian, Jumat (1/12/2023).
Pernyataan itu muncul ketika...
Pernyataan itu muncul ketika ketegangan meningkat di seluruh benua. Itu membuat para pejabat berjuang untuk membendung peningkatan kejahatan rasial, termasuk percobaan pembakaran sinagoga di Berlin dan lebih dari 1.000 tindakan anti-semit di Prancis.
“Antisemitisme dan kebencian anti-Muslim sama-sama tercela,” kata para pejabat dalam pernyataan yang diterbitkan pada Rabu.
Laporan tersebut meminta otoritas nasional untuk tidak menyia-nyiakan upaya agar menjamin keselamatan komunitas Muslim, baik di tempat ibadah, tempat kerja, sekolah atau rumah mereka. Dan mendesak lembaga keselamatan publik dan penegakan hukum untuk tetap waspada terhadap insiden kebencian, kejahatan dan kekerasan yang dimotivasi kebencian terhadap umat Islam.
BACA JUGA: Doa Qunut Nazilah untuk Warga Palestina yang Berada dalam Peperangan
Komunitas Muslim telah menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya permusuhan dalam beberapa pekan terakhir. Awal bulan ini, Dewan Muslim Perancis mengatakan kepada media bahwa mereka telah menerima 42 surat berisi ancaman atau penghinaan pada bulan Oktober saja. Masjid-masjid juga menjadi sasaran, dengan 17 di antaranya menerima surat ancaman dan 14 dirusak, katanya.
Di Berlin, seorang anggota parlemen, Jian Omar, yang berlatar belakang Kurdi-Suriah, mengatakan dia diserang oleh seorang pria yang mengacungkan palu dan melontarkan hinaan rasis awal bulan ini
Sementara para pejabat di Masjid Ibn Badis di pinggiran kota Paris mengatakan mereka telah menerima serangan tersebut. Ada juga surat berisi ancaman pembunuhan. Kedua kasus tersebut sedang diselidiki, namun polisi mengatakan mereka tidak dapat meningkatkan keamanan.
Pernyataan UE pada Kamis...
Pernyataan UE pada Kamis, yang tidak menyebutkan konflik di Timur Tengah, melainkan mengacu pada konteks geopolitik saat ini, muncul seminggu setelah partai sayap kanan anti-Islam Geert Wilders menjadi partai terbesar di Belanda sehingga menimbulkan ketakutan di antara banyak umat Islam di negara ini.
Shada Islam, seorang analis dan komentator yang berbasis di Brussels, menggambarkan pernyataan tersebut sebagai langkah kecil namun sangat dibutuhkan untuk memerangi rasisme di seluruh Eropa.
“Bagi seseorang seperti saya yang telah lama menggarisbawahi bahwa Muslim adalah warga negara Eropa dan tidak boleh diperlakukan seperti 'orang luar' permanen namun sebagai kontributor utama bagi perekonomian, kemakmuran, budaya, dan masa depan UE,” tulisnya di media sosial.
BACA JUGA: Surat Yasin Lengkap 83 Ayat Arab, Latin, dan Terjemahan
Pernyataan tersebut mengakui hal tersebut merupakan sebuah terobosan besar. Setidaknya beberapa pengambil kebijakan Uni Eropa 'sangat prihatin dengan perkembangan tersebut dan menyatakan solidaritas dengan sesama warga Muslim'.
Sehari sebelumnya, LSM Human Rights Watch menunjukkan keprihatinan mendalam atas meningkatnya antisemitisme dan kebencian anti-Muslim di Eropa.
“Namun tanggapan pemerintah Uni Eropa masih bersifat parsial dan tidak efektif, sebagian karena mereka kekurangan data anti-diskriminasi dan strategi perlindungan yang memadai untuk mengatasi pengalaman diskriminasi sehari-hari yang dihadapi oleh orang-orang Yahudi dan Muslim,” katanya.