Pengeboman Israel Mempersulit Upaya Gencatan Kemanusiaan Lanjutan di Gaza
Pengeboman Israel mempersulit upaya untuk kembali menghentikan permusuhan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertempuran baru di Gaza memasuki hari kedua pada Sabtu (2/12/2023), setelah pembicaraan untuk memperpanjang gencatan senjata gagal mencapai kesepakatan. Mediator mengatakan pengeboman Israel mempersulit upaya untuk kembali menghentikan permusuhan.
Wilayah timur Khan Younis di selatan Gaza menjadi sasaran pemboman hebat ketika batas waktu gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12/2023) pagi. Warga turun ke jalan dengan barang-barang yang ditumpuk di gerobak, mencari perlindungan lebih jauh ke barat.
Qatar mengatakan negosiasi untuk melanjutkan gencata senjata terus berlanjut, namun pengeboman Israel yang kembali terjadi di Gaza telah memperumit masalah. Seorang pejabat Israel di Washington mengatakan pembebasan sandera menjadi prioritas negosiasi yang sangat tinggi.
“Dan untuk itu, berdasarkan ketentuan yang disepakati, Israel bersedia memberikan jeda tambahan. Kita bisa bernegosiasi selagi kita masih berperang," ujar pejabat Israel itu dilansir laman Reuter.
Di utara Gaza, yang sebelumnya merupakan zona perang utama, asap tebal membubung di atas reruntuhan. Suara tembakan dan ledakan terdengar beramaan dengan suara gonggongan anjing.
Warga dan pejabat Hamas mengatakan para pejuangnya yang bersenjatakan granat berpeluncur roket melawan pasukan dan tank Israel di lingkungan Sheikh Radwan di utara Kota Gaza. Sirene terdengar di seluruh Israel selatan ketika para militan menembakkan roket dari Gaza ke kota-kota Israel. Hamas menargetkan Tel Aviv, namun tidak ada laporan korban jiwa atau kerusakan.
Korban jiwa dilaporkan terjadi di Lebanon selatan, yang menjadi titik konflik lain bagi Israel. Seorang pejabat Lebanon mengatakan, penembakan Israel menewaskan tiga orang pada Jumat. Kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran mengatakan, mereka telah melakukan beberapa serangan terhadap posisi militer Israel di perbatasan.
Tentara Israel mengatakan, artileri mereka menyerang sumber tembakan dari Lebanon dan pertahanan udara telah mencegat dua peluncuran. Amerika Serikat menuding Hamas sebagai penyebab meletusnya pertempuran baru di Gaza setelah jeda kemanusiaan. AS mengatakan, Hamas gagal memberikan daftar sandera baru yang akan dibebaskan.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin mengatakan, Washington bekerja secara diplomatis untuk memulihkan gencatan senjata. “Kami akan terus bekerja sama dengan Israel, Mesir, dan Qatar dalam upaya menerapkan kembali jeda tersebut,” kata Austin pada konferensi pers di Kalifornia.
Austin menyalahkan Hamas karena gagal memenuhi persyaratan mengenai sandera. Sementara itu, senator AS dari Partai Demokrat Mark Warner, yang merupakan ketua Komite Intelijen Senat, mengatakan, Washington harus memberikan tekanan pada Israel.
“Kita harus mendorong Israel untuk menyadari bahwa ini bukan hanya konflik militer, namun ini adalah konflik hati dan pikiran masyarakat dunia dan Amerika Serikat,” ujar Warner.
Hamas menuduh Washington memberikan lampu hijau untuk perang genosida dan pembersihan etnis Israel di Gaza. “Hari ini, mereka dengan berani mengulangi tindakan Zionis Ini adalah kebohongan yang membuat Hamas bertanggung jawab untuk melanjutkan perang dan tidak memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, pasukan Israel telah menghentikan semua pengiriman bantuan ke Gaza melalui perbatasan Rafah dengan Mesir. Sementara COGAT, badan Israel untuk koordinasi sipil dengan Palestina mengatakan, bantuan yang disepakati berdasarkan gencatan senjata telah dihentikan. Tetapi atas permintaan Washington, puluhan truk yang membawa air, makanan, dan pasokan medis telah mencapai Gaza.
AS sedang menyusun rencana bersama Israel untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil dalam setiap operasi militer di Gaza selatan. Pejabat Israel di Washington mengatakan, Israel bekerja sama dengan AS dan PBB untuk mengurangi kerugian terhadap warga sipil dengan menggunakan mekanisme dekonflik.
“Kami mengambil pelajaran dari operasi kami di Gaza utara dan kami menerapkannya,” kata pejabat Israel tersebut.
Israel telah menyebarkan selebaran di wilayah timur Khan Younis dan memerintahkan penduduk di empat kota untuk mengungsi lebih jauh ke selatan, yaitu ke Rafah. “Anda telah diperingatkan,” ujar isi selebaran yang ditulis dalam bahasa Arab.
Israel merilis tautan ke peta yang menunjukkan Gaza terbagi menjadi ratusan distrik. Israel mengatakan, peta ini akan digunakan di masa depan untuk mengkomunikasikan wilayah mana yang aman.
Di Rafah, warga membawa beberapa anak kecil yang berlumuran darah dan berlumuran debu keluar dari rumah yang dihantam bom. Pada Jumat malam, pejabat kesehatan di Gaza mengatakan, serangan Israel telah membunuh 184 orang, melukai sedikitnya 589 lainnya, dan menghantam lebih dari 20 rumah.
PBB mengatakan, pertempuran itu akan memperburuk keadaan darurat kemanusiaan yang ekstrem. “Neraka di Bumi telah kembali ke Gaza,” kata Jens Laerke, juru bicara kantor kemanusiaan PBB di Jenewa.
Kepala bantuan PBB Martin Griffiths menambahkan, anak-anak, perempuan dan laki-laki di Gaza tidak mempunyai tempat yang aman untuk pergi dan sangat sedikit untuk bertahan hidup. Gencatan senjata yang dimulai pada 24 November telah diperpanjang dua kali. Israel menetapkan syarat bahwa gencatan senjata dapat berlanjut selama Hamas membebaskan 10 sandera setiap hari. Namun setelah tujuh hari pembebasan perempuan, anak-anak dan sandera asing, mediator gagal menemukan formula untuk membebaskan lebih banyak sandera.
Serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar Gaza. Otoritas kesehatan Palestina mengatakan, lebih dari 15.000 warga Gaza telah terbunuh dan jasad ribuan lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan karena kurangnya peralatan untuk evakuasi.