Generasi Muda Pemilik Masa Depan

Semakin pesatnya GenAI saat ini tentu perlu penguatan pada literasi digital.

amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Red: Yusuf Assidiq

Oleh: Prof Ema Utami*

 

REPUBLIKA.CO.ID, Selasa lalu, 5 Desember 2023, Programme for International Student Assessment atau Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) mengumumkan hasil pengukuran literasi 2022 pada tiga kategori, yaitu numerasi, membaca dan sains untuk siswa berusia 15 tahun. Hasil skor PISA secara global mengalami penurunan yang disebut dikarenakan adanya pandemi Covid 19 yang melanda dunia.

Pandemi Covid 19 yang lalu tidak dimungkiri menyebabkan terjadinya learning loss karena perlunya penyesuaian metode belajar-mengajar. Indonesia sendiri dibandingkan dengan negara lain memiliki learning loss yang lebih rendah, sehingga peringkat PISA tahun ini mengalami peningkatan 5 sampai 6 posisi.

Walau mengalami peningkatan posisi namun secara skor nilai yang didapatkan Indonesia pada 2022 yang diumumkan di 2023 ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Pada 2022 rata-rata skor PISA siswa Indonesia dalam tiga kategori itu adalah 365,3.

Skor tersebut menjadi rata-rata skor terendah yang pernah didapatkan, sedangkan rata-rata terbaik diperoleh pada 2015 dengan skor 395,3. Skor literasi terbaik bidang Matematika didapatkan pada 2006 dengan nilai 396, sedangkan pada 2022 mendapatkan skor 266.

Literasi membaca pada 2022 mendapatkan skor 359, sedangkan skor terbaik didapatkan pada 2009 yaitu 402. Literasi bidang sains di 2022 mendapatkan skor 383, sedangkan skor terbaik diperoleh pada 2015 yakni 403.



Hasil yang didapatkan tersebut tentu perlu menjadi perhatian bersama. Walau learning loss yang terjadi karena pandemi Covid 19 di Indonesia lebih rendah dibanding negara lain, namun nilai yang didapatkan secara konsisten mengalami penurunan sejak 2015.

Tiga literasi yang dinilai oleh PISA tersebut merupakan kecakapan penting yang harus dimiliki oleh calon penerus bangsa di masa yang akan datang. Penggunaan teknologi yang tepat saat pandemi Covid 19 yang lalu disebut memiliki peran dalam mengerem learning loss yang terjadi.

Kemajuan teknologi yang semakin pesat memang memiliki dua sisi yang berbeda. Sisi pertama, jika kemajuan teknologi digunakan dengan tepat maka dapat membantu banyak hal, termasuk dalam bidang pendidikan.

Namun di sisi lain, jika kemajuan teknologi tidak tepat dalam penggunaan maka dapat menjadi bumerang yang merugikan penggunanya. Informatika sebagai bidang yang saya tekuni merupakan bidang yang sangat bersinggungan dengan kemajuan teknologi.

Kemajuan bidang ini sangat luar biasa termasuk yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai contoh hadirnya Generative Artificial Intelligence (GenAI), seperti ChatGPT, Bard, dan lainnya semakin banyak yang bisa digunakan untuk membantu dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan.

Dari belajar pemrograman, basis data, sampai dengan melakukan proses studi pustaka untuk keperluan skripsi, tesis, maupun disertasi bisa sangat terbantu dengan hadirnya kemajuan teknologi ini. Dalam perkuliahan Research Methodology, saya pribadi cukup sering mendorong mahasiswa untuk menggunakan berbagai aplikasi yang saat ini bisa digunakan untuk membantu dalam studi pustaka.

Bagaimana melakukan penelusuran pustaka atau mendapatkan ringkasan dari suatu artikel jurnal bereputasi yang berkaitan dengan topik penelitian yang diambil bisa dengan cepat terbantu dengan adanya berbagai aplikasi berbasiskan GenAI.

Semakin pesatnya GenAI saat ini tentu perlu penguatan pada literasi digital yang menjadi salah satu dari enam literasi dasar di Indonesia, yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.

Penggunaan kemajuan teknologi khususnya GenAI untuk dapat menjadi pendorong kecakapan generasi muda bangsa Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi perlu harus ditingkatkan.

Riuh-rendahnya dunia digital akhir-akhir ini berkaitan dengan literasi dan hasil skor PISA yang didapatkan tentu menjadi sebuah pekerjaan rumah besar bagi seluruh bangsa Indonesia, khususnya generasi muda.

Generasi muda sebagai pemilik dan penentu masa depan serta penerus bangsa tentu harus mau dan mampu memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi di era saat ini untuk membangun kecakapan dan kemampuan diri. Mampu dan mau membangun kecakapan diri, khususnya generasi muda dapat menjadi pembeda di masa depan.

Ayat 9 Surat Az Zumar berikut bisa menjadi pengingat bersama, “(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” Wallahu a’lam.


*Wakil Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Amikom Yogyakarta







Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler