Memahami dan Mencegah Pneumonia Misterius

Masyarakat jangan panik akibat pneumonia misterius.

EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Anak-anak mengenakan masker untuk mencegah penularan penyakit pneumonia misterius.
Red: Erdy Nasrul

Oleh:Muhammad Haekal Anbiya, Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 

Baca Juga


 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah ancaman polusi yang mengepung Ibukota Jakarta, kabar lebih mengejutkan datang dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, Selasa (5/12) lalu. Kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, ia mengakui munculnya pneumonia misterius di Jakarta. Polusi udara yang semakin tinggi di Ibukota dituding sebagai penyebab munculnya pneumonia misterius.

Di hari yang sama, media massa mencatat Dinas Kesehatan Pemda DKI Jakarta juga mengakui telah memperoleh laporan bahwa sejumlah anak terkena infeksi Mycoplasma pneumoniae berdasarkan hasil tes Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR). Mereka diyakini positif terinfeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae dan kini dirawat di rumah sakit. Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, dr. Ngabila, menyebutkan bahwa gejala utama yang dialami pasien Mycoplasma pneumoniae adalah sesak napas akibat radang paru atau pneumonia. 

Kabar dari Menko PMK Muhadjir Effendy tentu saja mengagetkan banyak orang, apalagi jika kabar itu dikonfirmasi oleh fakta bahwa sejumlah anak di Jakarta memang sudah terinfeksi Mycoplasma pneumoniae. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya memang meminta masyarakat tidak panik akibat pneumonia misterius yang kini tengah merebak di China dan Eropa. Untuk itu, informasi tentang pneumonia, mulai dari gejala, sebab-sebab kemunculan, serta bagaimana mengatasinya jika ia menyerang manusia tampaknya harus sebanyak mungkin dijelaskan. 

Apa Itu Mycoplasma pneumoniae?

Artikel pendek ini mencoba menjawab beberapa pertanyaan di atas. Pertama-tama perlu dijelaskan bahwa Mycoplasma pneumoniae adalah sejenis bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas dan bawah pada manusia. Ilmu kedokteran menyebut bakteri ini menjadi salah satu penyebab umum timbulnya pneumonia atipikal atau non-typical pneumonia. Beda Mycoplasma pneumoniae dibanding bakteri lain adalah ukurannya yang sangat kecil. Bakteri ini tidak punya dinding sel bakteri yang khas, yang menjadikan mereka resisten terhadap beberapa antibiotik yang biasanya mujarab melawan bakteri.

Demikian kecil bakteri Mycoplasma pneumoniae, sampai-sampai ia kerap menyebar melalui tetesan udara saat seseorang yang terinfeksi bakteri ini batuk atau bersin. Gejalanya bisa bermacam-macam, mulai dari batuk ringan sampai batuk parah. Pasien biasanya demam, batuk kering yang persisten, sakit tenggorokan, serta sulit bernapas. Dalam kasus yang lebih serius, si pasien mengalami radang paru-paru dan keluarga pasien tak bisa lagi main-main mengatasinya. Penanganan infeksi bakteri ini harus melibatkan penggunaan antibiotik tertentu yang diarahkan oleh dokter. 

Di Jakata dan kota-kota padat penduduk lainnya di Indonesia, anak-anak punya risiko lebih besar untuk terinfeksi Mycoplasma pneumoniae. Ini terjadi karena bakteri yang dapat menginfeksi anak-anak itu menyebar melalui tetesan udara yang terkontaminasi. Sekali lagi penting dicatat, bakteri ini memang menyebar melalui kontak langsung dengan tetesan yang dihasilkan saat seseorang yang terinfeksi bakteri itu batuk, bersin, atau bahkan berbicara. 

Bagaimana proses penularan berlangsung? Bakteri superkecil ini cenderung menyerang saluran pernapasan atas dan bawah seperti tenggorokan, bronkus, dan paru-paru. Infeksi kemudian terjadi ketika seorang anak menghirup tetesan udara yang mengandung bakteri tadi atau melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Penting dicatat, penularannya melalui kontak dengan permukaan jarang terjadi dibandingkan lewat penularan melalui udara.

Mencegah Infeksi Mycoplasma pneumoniae

Jangan panik menghadapi persebaran pneumonia misterius ini. Pencegahan infeksi Mycoplasma pneumoniae pada anak-anak sebenarnya tidak terlalu sulit sebab sejumlah saran di bawah ini sebenarnya sudah kerap dilakukan jauh sebelum pneumonia misterius itu ditemukan dan menyebar di daratan Eropa dan China. Di bawah ini disampaikan langkah-langkah pencegahan yang dapat melindungi anak dari infeksi:

Pertama, mari didik anak-anak untuk rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara teratur, terutama setelah mereka bersin, batuk, atau menyentuh permukaan yang mungkin terkontaminasi. Setelah itu, ini poin kedua, mintalah agar mereka membatasi kontak dengan individu yang sedang sakit, terutama mereka yang memiliki gejala infeksi saluran pernapasan. Ketiga, mintalah anak-anak agar menutup mulut dan hidung saat mereka batuk atau bersin dengan tisu atau lipatan siku.

Cukup sampai di situ? Ternyata tidak. Anak-anak juga harus diajarkan membersihkan permukaan yang sering disentuh, seperti mainan, gagang pintu, permukaan lainnya secara teratur dengan disinfektan. Dengan demikian, secara tidak langsung orangtua sudah mempromosikan gaya hidup sehat.  Barulah setelah itu, agar memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat, anak-anak harus diberi makanan bergizi dan istirahat yang cukup. 

Terus terang, saat ini memang belum ada vaksin khusus untuk mencegah infeksi Mycoplasma pneumoniae. Untuk itu, jika seorang anak menunjukkan gejala infeksi saluran pernapasan yang persisten atau memburuk, orangtua harus segera mengonsultasikannya kepada dokter untuk evaluasi dan pengobatan lebih lanjut. Jika benar terbukti atas diagnosis dokter seorang anak telah terinfeksi Mycoplasma pneumoniae, sejumlah langkah di bawah ini diharapkan dapat membantu orangtua mengelola infeksi.

Pertama, teruslah jaga kontak dengan dokter agar mereka dapat leluasa memeriksa dan mungkin memerlukan tes tambahan untuk memastikan infeksi yang terjadi. Kedua, jika dokter membuat resep antibiotik, orangtua harus memastikan memberi obat anak-anak mereka sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Ketiga, anak juga perlu istirahat yang cukup untuk membantu tubuhnya melawan infeksi. Keempat, orangtua harus memastikan anak-anak cukup minum untuk mencegah dehidrasi. Kelima, harus terus diwaspadai bahwa jika anak mengalami kesulitan bernapas, nyeri dada yang parah, atau gejala yang mengkhawatirkan lainnya, orangtua atau keluarga harus segera mencari bantuan medis. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler