Erdogan: Netanyahu Manfaatkan Serangan ke Gaza untuk Perpanjang Karier Politik

Netanyahu membahayakan masa depan kawasan demi karier politiknya

AP Photo/Francisco Seco
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggunakan kampanye militer di Gaza melawan Hamas untuk memperpanjang kehidupan politiknya.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggunakan kampanye militer di Gaza melawan Hamas untuk memperpanjang kehidupan politiknya. Erdogan mengecam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan Israel di Gaza.

“Netanyahu membahayakan masa depan dan keamanan kawasan untuk memperpanjang kehidupan politiknya," ujar Erdogan, dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (6/12/2023).

Erdogan mengatakan, kejahatan perang Israel dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza tidak boleh dibiarkan begitu saja. Erdogan menegaskan, prioritas Turki adalah memastikan gencatan senjata permanen diterapkan di Gaza dan bantuan kemanusiaan disalurkan tanpa gangguan apa pun.

Sebelumnya Erdogan optimistis Netanyahu pada akhirnya akan diadili sebagai penjahat perang atas serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Erdogan sekaligus mengecam negara-negara Barat yang mendukung Israel.

Dalam pidatonya di pertemuan komite Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Erdogan menyatakan, negara-negara Barat yang memberikan dukungan tanpa syarat kepada Israel untuk membunuh bayi dan anak-anak di Gaza, dapat terlibat dalam kejahatan perang. Erdogan mengatakan, nasib Netanyahu akan serupa seperti Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic yang diadili karena tuduhan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag.

“Selain menjadi penjahat perang, Netanyahu, yang saat ini menjadi penjagal Gaza, akan diadili sebagai penjagal Gaza, sama seperti Milosevic yang diadili,” kata Erdogan.

“Mereka yang mencoba mengabaikan kematian orang-orang tak berdosa dengan menggunakan alasan Hamas, tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan kepada umat manusia,” ujar Erdogan mengacu pada kekuatan Barat, yang menurutnya “buta dan tuli”.

Turki tidak memandang Hamas sebagai kelompok teroris. Turki justru menjadi tuan rumah bagi beberapa anggota Hamas. Erdogan mengatakan,sekelompok negara Muslim, yang dibentuk oleh OKI dan Liga Arab bulan lalu untuk mengadakan pembicaraan mengenai Gaza dengan negara-negara Barat dan lainnya. Mereka akan melanjutkan diskusi sampai pertempuran di Gaza berhenti.

“Kita harus benar-benar mengevaluasi Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dalam kerangka ini,” kata Erdogan, seraya menambahkan bahwa persenjataan nuklir Israel tidak boleh dilupakan.

Baca Juga


Upaya lenyapkan Hamas dan desakan untuk mundur....

Sementara itu, Netanyahu tampaknya sudah bertekad untuk menjalankan misinya untuk memusnahkan Hamas. Namun dia menghadapi hambatan politik di dalam negeri karena kegagalannya mencegah serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober dan badai kritik dari masyarakat internasional atas ribuan warga sipil Palestina yang terbunuh dalam pengeboman Israel.

Di sisi lain, pihak oposisi menyerukan agar Netanyahu mengundurkan diri. Pemimpin oposisi Yair Lapid mengatakan, Netanyahu harus mundur  secepatnya.

“Pemerintahan ini tidak berfungsi.  Kita perlu perubahan, Netanyahu tidak bisa terus menjadi perdana menteri.  Kita tidak bisa membiarkan diri kita melakukan kampanye berkepanjangan dengan perdana menteri yang tidak dipercaya oleh masyarakat,” kata Lapid, dikutip Times of Israel.

Pada November, menurut jajak pendapat yang dikutip oleh Times of Israel, 70 hingga 80 persen warga Israel mengatakan, mereka yakin Netanyahu harus mengundurkan diri setelah perang. Netanyahu juga menghadapi kritik internasional yang semakin besar, bahkan dari sekutu dekatnya, Amerika Serikat (AS).

"Kami sangat konsisten dan jelas dengan rekan-rekan Israel bahwa kami tidak mendukung perpindahan ke wilayah selatan kecuali sampai mereka cukup mempertimbangkan perlindungan terhadap kehidupan warga sipil di Gaza Selatan," juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby.

Sementara itu, organisasi internasional dan kemanusiaan mengecam melonjaknya angka kematian akibat perang Israel-Hamas. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk mengatakan pengeboman Israel menyebabkan mengalami krisis kemanusiaan dan hak asasi manusia di Gaza. Pengeboman Israel yang membabi buta mencerminkan rusaknya rasa hormat yang paling mendasar terhadap nilai-nilai kemanusiaan. 

"Pembunuhan begitu banyak warga sipil tidak dapat dianggap sebagai kerusakan tambahan," ujar Turk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler