Israel Bantah Usir Paksa Seluruh Penduduk Palestina di Jalur Gaza
Menlu Yordania menuduh Israel berusaha mengusir penduduk Palestina dari Jalur Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pemerintah Israel membantah tuduhan yang menyebutnya berusaha mengusir paksa penduduk Palestina keluar dari Jalur Gaza. Mereka menyatakan hanya berupaya menumpas kelompok Hamas sebagai respons atas serangan dan operasi infiltrasinya tanggal 7 Oktober 2023.
“Ini tentu saja merupakan tuduhan yang keterlaluan dan salah,” ujar juru bicara Pemerintah Israel, Eylon Levy, ketika ditanya tentang upaya mengusir penduduk Palestina keluar dari Jalur Gaza, Ahad (10/12/2023), dikutip laman Alarabiya.
“Israel berjuang untuk mempertahankan diri dari monster-monster yang melakukan pembantaian 7 Oktober dan tujuan dari kampanye kami adalah untuk membawa monster-monster itu ke pengadilan dan memastikan mereka tidak lagi menyakiti rakyat kami,” kata Levy.
Terkait pertempuran di Gaza, Levy mengeklaim bahwa Israel telah mendesak warga sipil Gaza untuk pindah dari medan pertempuran demi keselamatan mereka. Dia berharap pihak-pihak lain akan memberikan seruan serupa kepada warga Gaza.
Saat berbicara di Doha Forum pada Ahad kemarin, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menuduh Israel berusaha mengusir penduduk Palestina keluar dari Jalur Gaza. Hal itu disampaikan ketika Israel terus menggempur wilayah selatan Gaza yang merupakan tempat penduduk sipil mengungsi.
“Apa yang kita lihat di Gaza bukan hanya sekadar pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa dan penghancuran mata pencaharian mereka (oleh Israel), melainkan juga upaya sistematis untuk mengosongkan Gaza dari penduduknya,” kata Safadi.
Menurutnya, dunia belum memperlihatkan iktikad untuk mengakhiri perang di Gaza. “Kita belum melihat dunia mencapai titik yang seharusnya kita capai... tuntutan tegas untuk mengakhiri perang ini; perang yang termasuk dalam definisi hukum genosida,” ujarnya.
Safadi berpendapat bahwa tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas tidak sesuai dengan besarnya kehancuran yang terjadi di kalangan warga sipil Gaza. Dia menilai agresi Israel ke Gaza benar-benar tak pandang bulu.
Sebelum Safadi, Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini telah terlebih dulu menuduh Israel berusaha mengusir penduduk Palestina di Jalur Gaza ke Mesir. Dalam sebuah opini di Los Angeles Times yang diterbitkan Sabtu (9/12/2023), Lazzarini mengingatkan bahwa saat ini penduduk Gaza sudah terkonsentrasi di wilayah selatan. Hal itu karena ketika pertempuran Israel-Hamas berkecamuk di utara, lebih dari 1 juga warga diperintahkan mengungsi ke selatan. Saat ini Israel mengintensifkan agresinya ke selatan Gaza.
“PBB dan beberapa negara anggota, termasuk AS, dengan tegas menolak pemindahan paksa warga Gaza keluar dari Jalur Gaza. Namun, perkembangan yang kita saksikan menunjukkan adanya upaya untuk memindahkan warga Palestina ke Mesir, terlepas dari apakah mereka tinggal di sana atau dimukimkan kembali di tempat lain,” kata Lazzarini.
Dia mengungkapkan, kehancuran yang meluas di wilayah utara dan gelombang pengungsian yang diakibatkannya adalah tahap pertama dari skenario seperti itu. Sementara memaksa warga sipil Gaza keluar dari kota Khan Younis dan mendesak mereka lebih dekat ke perbatasan Mesir adalah tahap berikutnya.
“Jika jalan ini terus berlanjut, yang mengarah pada apa yang oleh banyak orang disebut sebagai Nakba kedua, Gaza tidak akan lagi menjadi tanah bagi warga Palestina,” kata Lazzarini, menggunakan istilah Arab untuk eksodus atau pemindahan paksa 760 ribu warga Palestina selama perang yang bertepatan dengan berdirinya Israel pada tahun 1948.
Dari 2,4 juta penduduk Gaza, sekitar 1,9 juta di antaranya telah mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian di kota Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Sejumlah kecil warga Gaza telah diizinkan menyeberang ke Mesir untuk mendapatkan perawatan medis. Sementara sebagian besar lainnya dilarang keluar.
Sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 17.700 jiwa. Lebih dari 10 ribu di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka lebih dari 48 ribu orang. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, terdapat ribuan warga Gaza yang masih dinyatakan hilang.