Pejuang Hamas Diminta Netanyahu Menyerah, Begini Tanggapan Brigade Al-Qassam
Saat ini pertempuran Hamas-Israel tengah terkonsentrasi di wilayah selatan Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Sayap bersenjata kelompok Hamas, Brigade Al-Qassam, menyatakan akan terus berjuang dan memberikan perlawanan pada pasukan Israel di Jalur Gaza. Saat ini pertempuran Hamas-Israel tengah terkonsentrasi di wilayah selatan Gaza, terutama di Khan Younis.
“Kami tidak punya pilihan selain melawan penjajah biadab ini di setiap lingkungan, jalan, dan gang,” ujar Juru Bicara Brigade Al-Qassam Abu Ubaidah, Ahad (10/12/2023), dikutip laman Alarabiya.
Abu Ubaidah mengatakan, penghancuran-penghancuran yang dilakukan Israel di Gaza bertujuan mematahkan kekuatan perlawanan mereka. “Namun, kami berperang di tanah kami dalam pertempuran suci,” katanya.
Abu Ubaidah pun memperingatkan bahwa kehidupan orang-orang yang masih disandera hanya dapat terjamin jika tuntutan kelompoknya dipenuhi. “Baik musuh fasis dan kepemimpinannya yang arogan maupun para pendukungnya tidak dapat membuat tawanan mereka hidup-hidup tanpa pertukaran dan negosiasi serta memenuhi tuntutan (kelompok) perlawanan,” ujarnya.
Pada 24 November hingga 1 Desember 2023 lalu, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Selama periode tersebut, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera.
Hamas membebaskan 105 sandera. Mereka terdiri atas 80 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 210 tahanan Palestina.
Pada Sabtu (9/12/2023) pekan lalu, Israel mengatakan, Hamas masih menahan 137 sandera di Gaza. Para sandera diculik Hamas ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyerukan Hamas agar segera menyerah. Dia meyakini pertempuran di Jalur Gaza sudah memasuki fase akhir. Namun, konfrontasi sengit masih berlangsung, baik di wilayah selatan maupun utara.
“Perang masih berlangsung namun ini adalah awal dari berakhirnya Hamas. Saya katakan kepada teroris Hamas: Ini sudah berakhir,” kata Netanyahu pada Ahad kemarin, dikutip laman Alarabiya.
Netanyahu kemudian membuat pernyataan retorik dengan meminta para anggota Hamas agar jangan bersedia terbunuh hanya untuk pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar. “Jangan mati demi Sinwar. Menyerahlah sekarang,” ujarnya.
Netanyahu mengeklaim, dalam beberapa hari terakhir, puluhan anggota Hamas telah menyerah kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Namun, IDF belum memberikan bukti apa pun terkait klaim tersebut. Hamas pun telah membantah pernyataan Netanyahu.
Saat ini pertempuran antara IDF dan Hamas terpusat di wilayah selatan Gaza. Pada Ahad kemarin, puluhan tank Israel dilaporkan telah mulai memasuki jantung kota Khan Younis. Sebelumnya pergerakan pasukan Israel terhenti karena menghadapi perlawanan sengit dari Hamas.
“Itu salah satu malam paling mengerikan, perlawanan sangat kuat, kami bisa mendengar suara tembakan dan ledakan yang tidak berhenti selama berjam-jam,” kata ayah empat anak yang mengungsi dari Kota Gaza dan berlindung di Khan Younis kepada Reuters, Ahad kemarin.
Sebelumnya militer Israel mengeklaim pertempuran dengan Hamas di wilayah utara sudah hampir dimenangkan. Namun, masih terdapat beberapa pertempuran sengit di wilayah tersebut.
“Saya yakin ini adalah pertempuran terkuat yang pernah kami dengar dalam beberapa minggu terakhir,” ujar seorang warga bernama Nasser (59 tahun), ayah dari tujuh anak yang mengungsi ke Jabaliya setelah rumahnya di Bait Lahiya dihancurkan.
Meski Israel telah memerintahkan warga sipil Gaza di utara untuk mengungsi ke selatan, tapi Nasser dan warga lainnya menolak pindah. “Kami tidak akan meninggalkan Jabaliya apa pun yang terjadi. Kami akan mati di sini sebagai martir atau mereka akan meninggalkan kami sendirian,” kata Nasser.
Dari 2,4 juta penduduk Gaza, sekitar 1,9 juta di antaranya telah mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian di kota Rafah di selatan yang berbatasan dengan Mesir. Israel telah dituding berusaha mengusir penduduk Gaza dan memaksa mereka memasuki wilayah Mesir. Namun, Israel membantah tuduhan tersebut.
Sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah melampaui 17.700 jiwa. Lebih dari 10 ribu di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka lebih dari 48 ribu orang. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, terdapat ribuan warga Gaza yang masih dinyatakan hilang.