Gunung Berapi Dapat Meletus Kapan Saja, Warga Diserukan Patuhi Peta Kawasan Rawan Bencana
Masyarakat harus menghindari zona yang memungkinkan dilewati lahar dingin.
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Sumatra Barat, Dian Hadiyansyah, mengingatkan masyarakat untuk selalu mematuhi peta kawasan rawan bencana (KRB). Peta tersebut dibuat oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Terkait mitigasi, masyarakat harus mengikuti peta KRB yang sudah dikeluarkan pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi," kata Hadiansyah di Padang, Selasa (12/12/2023).
Hal tersebut disampaikan Ketua IAGI setempat mengingat ancaman letusan gunung api yang dapat terjadi kapan saja. Hadiansyah mengingatkan bahwa peta KRB yang dikeluarkan Kementerian ESDM sudah jelas menggambarkan daerah mana saja yang berpotensi dilewati lahar dingin.
Berdasarkan peta KRB yang diterbitkan pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, terdapat dua zona aliran lahar dingin. Ada zona berbentuk lingkaran dan zona berbentuk aliran.
"Artinya, masyarakat harus menghindari zona-zona yang memungkinkan dilewati lahar dingin seperti sepanjang sungai dan lembah," kata Hadiansyah.
Terkait erupsi Gunung Marapi yang terjadi pada Ahad (3/12/2023), Hadiansyah menjelaskan, letusan gunung api itu merupakan jenis eksplosif dengan karakter freatik. Dengan kata lain, letusan tersebut terjadi secara tiba-tiba akibat adanya kontak air tanah dengan dapur magma di dalam perut bumi.
Hal itulah yang memicu ledakan. Pada umumnya, letusan gunung api di Indonesia bersifat eksplosif dan diiringi gempa vulkanik.
"Khusus letusan Gunung Marapi dengan karakter freatik lebih banyak dipengaruhi oleh keberadaan air tanah yang kontak dengan dapur magma," katanya.
Hardiansyah menjelaskan banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar pada Selasa (5/12/2023) malam membawa material vulkanik. Dapat dipastikan itu bukan lahar.