Bandara Juanda Jadi Pilot Project Penataan Ekosistem Logistik Nasional
NLE ialah program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kinerja logistik nasional.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bandara Juanda Surabaya menjadi salah satu bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura (AP) I yang ditetapkan sebagai pilot project implementasi program Penataan Ekosistem Logistik Nasional atau National Logistics Ecosystem (NLE). Bandara Juanda Surabaya sekaligus menjadi bandara AP I dan bandara pertama di Indonesia yang menerapkan program NLE.
Direktur Komersial dan Pelayanan AP I Dendi T Danianto mengatakan memastikan komitmen AP I untuk mendukung sepenuhnya implementasi Program NLE dengan tujuan utama untuk meningkatkan efisiensi proses distribusi kargo dan logistik nasional.
“Dengan proses bisnis yang semakin efisien, maka hal ini akan turut berdampak positif terhadap efektivitas layanan kargo, peningkatan cargo throughput serta pada akhirnya bermuara pada peningkatan pendapatan perusahaan," kata Dendi dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (13/11/2023).
Dia menjelaskan, NLE merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja logistik nasional, memperbaiki iklim investasi, serta meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Program tersebut diatur melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional.
Melalui penetapan tersebut, Bandara Juanda Surabaya mulai menerapkan pilar keempat dari program NLE yakni penataan tata ruang kepelabuhan dan jalur distribusi barang. Implementasi dari pilar keempat ini adalah melalui penerapan Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) sebagai lokasi joint inspection pemeriksaan Bea Cukai dan Karantina, serta stakeholders terkait.
Dendi menambahkan, fasilitas TPFT di Bandara Juanda Surabaya saat ini telah selesai 100 persen secara fisik, serta telah mempersiapkan prosedur baru terkait pergerakan barang yang telah disepakati oleh para stakeholders. “AP I juga telah menyampaikan perubahan lay out Daerah Keamanan Terbatas (DKT) kepada Direktorat Keamanan Penerbangan (Dirkampen),” ucap Dendi.
Melalui implementasi TPFT tersebut, Dendi memastikan proses bisnis pelayanan logistik di Bandara Juanda Surabaya menjadi lebih efisien. Hal itu melalui pengurangan proses bisnis dari delapan proses menjadi enam proses, pengurangan titik bongkar muat dari tiga titik menjadi satu titik, pengurangan proses pembongkaran logistik dari dua proses menjadi satu proses, pengurangan dokumen fisik dari empat dokumen menjadi dua dokumen, serta diharapkan akan memberikan dampak terhadap penurunan biaya pemeriksaan kargo sebesar 30-40 persen.
Simplifikasi dan efisiensi proses bisnis di Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) ini menjadi salah satu kunci dari peningkatan pelayanan kargo dan logistik di Bandara Juanda Surabaya. “Ke depannya, AP I akan mulai menerapkan program ini di tiga bandara lain yang termasuk ke dalam bandara prioritas implementasi Program NLE, yakni Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, serta Bandara Sultan Hasanuddin Makassar," ungkap Dendi.
Dalam mendukung Program NLE, AP I juga telah menerapkan Cargo Integrated System (CIS) 2.0 yakni sistem yang mendukung digitalisasi proses bisnis di terminal kargo bandara. Per 1 November, AP I telah menerapkan CIS 2.0 di 10 bandara, serta ditargetkan akan diimplementasikan di 14 bandara mulai 1 Januari 2024 mendatang.
"Kami berharap dengan berbagai upaya yang telah dilaksanakan ini, akan berdampak positif terhadap seluruh proses layanan kargo dan logistik di bandara-bandara AP I, yang pada akhirnya akan memberikan multiplier effect positif terhadap jaringan distribusi kargo dan logistik secara nasional," jelas Dendi.