Kadin Sebut Komitmen Pembiayaan COP28 Ciptakan Peluang Investasi Hijau
Bantuan pendanaan yang digelontorkan tersebut terbagi menjadi tiga sektor.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebutkan komitmen pembiayaan dengan nilai total 83,76 miliar dolar AS dari Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim COP28 dapat menciptakan peluang peningkatan investasi hijau.
“Tentunya ini bisa menjadi peluang bagi sektor usaha melalui peningkatan investasi hijau," kata Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta W. Kamdani dalam sesi diskusi di Menara Kadin, Jakarta pada Jumat (15/12/2023).
Dia menambahkan, program pembiayaan climate finance diantaranya untuk mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim hingga sektor pengembangan energi terbarukan, pendanaan khusus untuk membantu negara berkembang dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, serta meningkatkan ketahanan menghadapi perubahan iklim.
Adapun bantuan pendanaan yang digelontorkan tersebut terbagi menjadi tiga sektor yakni pembiayaan energi terbarukan sebesar 5 miliar dolar AS, sektor pangan 3,1 miliar dolar AS, dan 2,7 miliar dolar AS untuk sektor kesehatan, serta selebihnya untuk sektor lain.
Shinta menerangkan, Indonesia saat ini tengah menyiapkan Nationally Determined Contribution (NDC) kedua untuk target penurunan emisi yang lebih ambisius yang rencananya akan disampaikan 2025.
"Ini akan memunculkan peluang penambahan kapasitas energi terbarukan dalam rangka menurunkan emisi serta peningkatan investasi yang mendukung transisi energi,” ujarnya.
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) World Investment Report 2023 mengungkapkan bahwa sebagian besar investasi dalam energi terbarukan mengalir ke negara-negara maju, sekitar tiga perempat dari semua pembiayaan investasi internasional dalam energi terbarukan pada tahun 2022 mengalir ke Eropa.
Sementara itu, negara-negara berkembang hanya menciptakan peningkatan proyek energi terbarukan sebesar 1 persen setiap tahun sejak 2015.
Kemudian, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) 2023 mengungkapkan bahwa negara-negara berkembang memerlukan setidaknya 6 triliun dolar AS investasi energi terbarukan pada tahun 2030 untuk memenuhi kurang dari separuh NDC.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, menyampaikan bahwa Indonesia siap untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencapai target netral karbon 2060, terutama lewat pendanaan iklim yang tidak membebani kepentingan negara berkembang.
“Pemerintah selalu terbuka untuk membangun dialog dan kolaborasi dengan para pemangku kebijakan antara negara maju dan negara berkembang. Salah satu kunci dari keberhasilan target emisi Indonesia adalah tersedianya pendanaan iklim yang berpijak di atas azas keadilan, serta mendukung keperluan Indonesia untuk terus tumbuh tangguh,” ujarnya.