Iran Peringatkan AS tidak Bentuk Satgas Maritim di Laut Merah
Rencana muncul setelah serangan kapal kargo oleh kelompok Houthi Yaman.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Pertahanan Iran Mohammad Reza Ashtiani memperingatkan Amerika Serikat (AS) agar tak mengeksekusi rencana pembentukan satuan tugas (satgas) maritim di Laut Merah. Rencana pembentukan satgas itu muncul menyusul serangkaian serangan ke kapal-kapal kargo komersial di wilayah perairan tersebut oleh kelompok Houthi Yaman.
Ashtiani mengungkapkan, tidak ada ruang di kawasan untuk manuver yang dilakukan AS. “Mereka (AS) pasti tidak akan melakukan hal seperti itu (bentuk satgas di Laut Merah). Jika mereka melakukan tindakan bodoh seperti itu, mereka akan menghadapi masalah yang sangat besar,” ujarnya, Kamis (14/12/2023), dikutip laman Middle East Monitor.
“Tidak ada seorang pun yang bisa mengambil tindakan di wilayah di mana kita mempunyai dominasi,” tambah Ashtiani.
Namun, Ashtiani tak menjelaskan tindakan apa yang bakal Iran jika AS tetap mengeksekusi rencana pembentukan satgas maritim di Laut Merah. Saat ini AS sedang menjajaki kemungkinan pembentukan satgas maritim untuk mengamankan jalur kapal komersial di dan sekitar Laut Merah. Hal itu merespons penargetan kapal-kapal yang terkait atau menuju pelabuhan Israel oleh kelompok Houthi Yaman.
Para pejabat AS mengatakan mereka sedang mencari cara untuk memperluas satgas yang sudah ada, yakni Combined Task Force (CTF)-153 yang saat ini bermarkas di Bahrain. Saat ini CTF-153 mempunyai 39 negara anggota. Terkait satgas khusus di Laut Merah, seorang pejabat pertahanan AS mengungkapkan kepada media Al Arabiya pada Selasa (12/12/2023), pembicaraan sedang dijalin dengan setidaknya 12 negara.
Pejabat pertahanan AS itu menambahkan bahwa pembicaraan dengan 12 negara tersebut dipusatkan pada kontribusi mereka terhadap satgas pengamanan navigasi maritim saat ini. Namun pejabat tersebut tak mengungkap negara mana saja yang terlibat dalam pembicaraan.
Awal pekan ini, militer AS mengatakan, kelompok Houthi menyerang Motor Tanker STINDA menggunakan rudal jelajah anti-kapal (ASCM) ketika sedang melewati Selat Bab al-Mandeb di Laut Merah pada Senin (11/12/2023). Houthi memang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Houthi mengungkapkan, mereka menargetkan kapal tanker tersebut karena akan mengirimkan minyak mentah ke Israel.
Namun pemilik kapal tanker asal Norwegia itu mengatakan bahwa kapal mereka sedang menuju ke Italia dan tidak berencana berhenti di Israel. Kapal perang AS, USS Mason, sempat menanggapi panggilan dari kapal tanker tersebut dan sempat menuju ke tempat kejadian. Namun, USS Mason kemudian pergi setelah diketahui tidak diperlukan bantuan.