Swiss Sumbang Rp 180 Miliar untuk Bantu Penuhi Kebutuhan Anak-Anak di Gaza

Jubir UNICEF ingatkan konflik di Gaza dua kali lebih mematikan bagi anak-anak

AP Photo/Fatima Shbair
Seorang anak Palestina memindahkan barang miliknya diantara reruntuhan bangunan rumahnya yang hancur akibat serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, Sabtu (9/12/2023). Serangan udara Israel yang membombardir wilayah Rafah mengakibatkan korban jiwa dan lingkungan rumah warga Palestina hancur.
Rep: Kamran Dikarma Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, BERN – Badan Pembangunan dan Kerja Sama Swiss atau The Swiss Agency for Development and Cooperation (SADC) telah menyumbangkan dana sebesar 10 juta franc atau setara Rp180 miliar kepada Dana Anak-Anak PBB (UNICEF). Dana tersebut khusus untuk membantu anak-anak yang menjadi korban pertempuran di Jalur Gaza.


“Meningkatnya permusuhan di Gaza mempunyai dampak buruk terhadap anak-anak dan keluarga,” kata SADC saat mengumumkan pemberian sumbangan kepada UNICEF lewat akun X resminya, Rabu (20/12/2023), dikutip laman Middle East Monitor. 

SADC menambahkan, uang yang disumbangkannya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan keluarga di bidang air, sanitasi, kebersihan, kesehatan, nutrisi, dan pendidikan. Pekan lalu Juru Bicara UNICEF James Elder mengatakan, konflik di Jalur Gaza mempunyai dampak dua kali lebih mematikan bagi anak-anak dibandingkan konflik pernah dilihat dunia dalam 20 tahun terakhir. Hal itu disampaikan setelah dia melakukan misi selama sepekan di Gaza.

“Pada awal perang ini, UNICEF mengatakan Gaza adalah ‘kuburan bagi anak-anak dan neraka bagi semua orang’. Situasi ini semakin memburuk ketika pengeboman dan pertempuran terus berlanjut,” kata Elder, dilaporkan CNN, Jumat (15/12/2023).

Dia secara khusus memperingatkan dampak buruk dari kekurangan makanan, air, dan obat-obatan terhadap anak-anak di Gaza. “Anak-anak di Gaza sekarang berada dalam bahaya dari udara (serangan Israel), penyakit di darat, dan kematian karena kelaparan dan kehausan,” kata Elder, seraya menambahkan bahwa ia belum pernah melihat tingkat kehancuran dan keputusasaan seperti itu di tempat lain.

Elder menjelaskan, sebagian besar krisis mempunyai tingkat korban anak-anak sekitar 20 persen. “Ini (konflik Gaza) adalah 40 persen. Konflik ini dua kali lebih mematikan bagi anak-anak dibandingkan konflik yang kita lihat dalam 15 atau 20 tahun terakhir,” ucapnya.

Saat ini pertempuran masih berlangsung di utara dan selatan Gaza. Namun Israel lebih mengintensifkan serangannya ke wilayah selatan. Sejauh ini, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel telah menembus 20 ribu jiwa. Sementara korban luka hampir mencapai 53 ribu orang. Jumlah itu dihitung sejak Israel memulai agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler