Israel Hujani Zona Aman dengan Bom dan Tembakan Tank
Jumlah warga Palestina yang tewas dalam konflik ini mencapai 20.258 orang.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Di sebidang tanah berpasir di antara reruntuhan bangunan, gedung-gedung yang terbakar dan mobil-mobil yang rusak, para petugas pertahanan sipil Gaza memindahkan jenazah-jenazah. Mereka membungkus jenazah yang tewas dalam perang Gaza yang berlangsung selama 11 pekan dengan kain kafan putih.
Ketika Israel berusaha menguasai Gaza utara, pemandangan di kamp pengungsi Jabalia mencerminkan risiko mematikan yang ditimbulkan serangan udara dan penembakan yang tak henti-hentinya terhadap warga Palestina.
Aktivitas tersebut terekam dalam video yang dirilis Dinas Pertahanan Sipil Palestina. Video itu juga menunjukkan seorang pekerja yang menggali dengan tangan untuk mencoba menemukan mayat yang tampaknya terbakar di bawah reruntuhan.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan jumlah warga Palestina yang tewas dalam konflik ini mencapai 20.258 orang. Ribuan jenazah diyakini masih terperangkap di bawah reruntuhan.
Hampir dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi di salah satu pemukiman terpadat di dunia ini.
Israel mengatakan operasi menguasai Gaza utara sudah hampir tercapai. Mereka bersiap untuk memperluas serangan darat ke daerah lain, namun penduduk Jabalia melaporkan pemboman udara dan tembakan tank-tank Israel sudah berlangsung sejak Sabtu (23/12/2023).
Pada Ahad (23/12/2023) Israel mengatakan 154 tentaranya tewas sejak militer melancarkan serangan darat sebagai tanggapan atas serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.
Warga Palestina di Khan Younis terlihat mencari barang-barang mereka di antara reruntuhan bangunan setelah serangan udara baru-baru ini.
Berdiri di antara puing-puing, warga Khan Younis, Sami Barees, mengatakan rumahnya hancur, dan serangan udara itu terjadi di tempat yang seharusnya menjadi zona aman.
"Ini adalah keamanan dan keselamatan yang diklaim oleh Israel," katanya.
Para pejabat AS mengatakan mereka ingin dan berharap Israel segera mengalihkan operasi militernya di Gaza ke fase dengan intensitas yang lebih rendah, di mana operasi akan difokuskan pada pemimpin Hamas dan infrastrukturnya.