BNPB Imbau Wisatawan Cek Cuaca Terlebih Dulu Sebelum Berwisata
Beberapa hal perlu dilakukan wisatawan untuk menghindari risiko bencana alam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau wisatawan untuk bersikap arif, disiplin, dan bijaksana. Hal ini bertujuan untuk menghindari risiko bencana alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu termasuk pada saat berlibur.
"Setiap kita hendak melakukan aktivitas di luar ruangan biasakan untuk melihat prakiraan cuaca, juga memprakirakan estimasi waktu kedatangan di lokasi," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam acara Disaster Briefing yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (28/12/2023).
Aam mengimbau sejumlah hal untuk diperhatikan oleh para wisatawan pada waktu libur Natal dan tahun baru ini, terutama bagi masyarakat yang hendak berwisata di sejumlah tempat wisata alam. Pertama, ia mengimbau masyarakat yang hendak berwisata di daerah tepian sungai atau air terjun untuk memperhatikan selalu jalur evakuasi yang tersedia. Kemudian, ia juga mengingatkan wisatawan untuk segera mengevakuasi diri jika ditemukan perubahan warna maupun debit air pada aliran sungai selama minimal dua jam.
"Mengapa dua jam? Karena kita tidak tahu apakah hujan di hulu sudah berhenti, kondisi hulu sungai seperti apa. Maka kalau air yang tadinya jernih menjadi keruh, patut diwaspadai," katanya.
Kewaspadaan juga perlu ditingkatkan jika hendak berwisata di pantai. Ia mengimbau agar para wisatawan menjauhi markah yang ada, seperti pelampung atau bendera merah.
Selain itu, ia juga mengingatkan wisatawan yang hendak berlibur di pegunungan untuk memperhatikan markah dan imbauan yang diberikan. "Jika ada imbauan dilarang mendekat dalam jarak tiga kilo meter, maka jangan masuk, perhatikan markahnya. Kalau tidak ada markah, siapapun baik pecinta alam maupun pendaki gunung agar memperhatikan dan bijaksana terhadap keselamatan anda masing-masing," ucapnya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebutkan setidaknya terdapat lebih dari 107 juta orang, di mana mayoritas diprediksi akan melakukan aktivitas wisata dengan amplifikasi dua hingga dua setengah kali dari prakiraan itu.