5 Rekomendasi Film yang Gambarkan Kondisi Perubahan Iklim

Lima rekomendasi film ini buat kita lebih memahami terkait perubahan iklim.

www.freepik.com
Sejumlah film bisa membuat kita lebih memahami terkait perubahan iklim.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi banyak orang, musim liburan adalah momen yang tepat untuk relaksasi dan bersantai, termasuk menonton film kesukaan. Namun, di tengah perubahan iklim, musim ini juga dapat menjadi momen untuk merenungkan kehidupan kita di planet yang terus memanas.

Baca Juga


Dilansir Conversation, Kamis (28/12/2023), berikut lima rekomendasi film yang dapat membuat kita lebih memahami terkait perubahan iklim. Film-film ini dianalisis dalam edisi khusus Canadian Journal of Film Studies yang akan datang tentang 'Perubahan Iklim dan Sinema'.

 

1. First Reformed (2017)

Film yang mengisahkan masalah spiritual Pendeta Ernst Toller (diperankan Ethan Hawke), mendukung pemahaman dan persekutuan dalam merespons krisis iklim. Demikian penjelasan Anders Bergstrom, seorang pakar film dan media dari University of Waterloo, dalam artikelnya berjudul 'Well Somebody Has to Do Something! First Reformed and Conceptualizing the Climate Crisis'.

Melalui gaya film transendental yang digunakan oleh penulis dan sutradara Paul Schrader, penonton akan dituntut untuk memikirkan kembali apa saja yang mereka anggap paham mulai dari politik, agama, hingga krisis iklim.

'First Reformed' menampilkan Toller, dalam sebuah jemaat kecil di bagian utara New York, bergulat dengan rasa mengasihani diri sendiri yang memuncak akibat masa lalu yang menyiksa. Di awal film, ia menasihati seorang aktivis lingkungan muda yang putus asa.

“Keberanian adalah solusi dari keputusasaan. Akal tidak memberikan jawaban. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Kita harus memilih meskipun ada ketidakpastian. Kebijaksanaan berarti memegang dua kebenaran yang kontradiktif dalam pikiran kita, secara bersamaan, harapan dan keputusasaan. Hidup tanpa keputusasaan adalah hidup tanpa harapan. Memegang dua gagasan ini di kepala kita adalah hidup itu sendiri,” demikian dialog Toller kepada sang aktivis.

 

2. Anthropocene: The Human Epoch (2018)

Ada sebuah adegan dalam 'First Reformed' di mana kamera perlahan-lahan merekam suasana pemakaman, hingga ke lautan ban karet yang tak berujung. Kemudian, kamera berpindah ke cerobong asap pabrik, tumpukan botol plastik, lanskap yang terbakar, dan tongkang yang mencemari saluran air yang tak bernyawa. Adegan ini sangat mirip dengan film dokumenter Kanada berjudul 'Anthropocene: The Human Epoch', yang menampilkan karya fotografer terkenal Edward Burtynsky.

Dalam 'Anthropocene: The Human Epoch', penonton akan melihat bentuk-bentuk statis, pengambilan gambar yang berjalan lambat, sedikit atau bahkan tidak ada dialog, dan komposisi yang diulang-ulang. Christie Milliken, seorang profesor studi film di Brock University, menilai bahwa gambar-gambar dalam film ini memiliki dampak yang menghantui, memobilisasi, dan berlarut-larut.

Pembuat film 'Anthropocene: The Human Epoch' berusaha membuat penelitian perubahan iklim yang dapat diakses dengan merangkai contoh-contoh ikonik. Mereka melakukan perjalanan ke enam benua untuk mendokumentasikan dampak manusia terhadap planet ini.

 

3. Demain (Tomorrow) (2015)

Demain (Tomorrow) adalah film dokumenter Prancis yang diawali dengan scene perbincangan para sutradara dalam sebuah diskusi yang hidup. "Kita bukan orang yang gila lingkungan atau aktivis. Tapi kebanyakan dari kita memiliki anak, dan tidak ada satupun dari kita yang bisa berdiam diri saja setelah mendengar berita yang mengerikan ini,” kata salah seorang dari mereka.

Kelompok sutradara ini kemudian memutuskan untuk membuat film tentang solusi terhadap krisis iklim. Dan menurut pengamatan, Sabine von Mering, seorang profesor studi gender dan seksualitas di Brandeis University, para pembuat film sukses mewujudkan perilaku yang ingin diinspirasikan kepada para penonton. Perilaku ini termasuk mengedukasi diri sendiri tentang iklim, membicarakannya, bergabung dengan suatu komunitas, dan menjadi aktif.

Von Mering berpendapat bahwa film ini berhasil dengan memberikan gambaran sekilas tentang solusi iklim dari berbagai sudut pandang, termasuk pertanian, energi, ekonomi, pendidikan, dan demokrasi.

 

4. The Man Who Planted Trees (1987)

'The Man Who Planted Trees' adalah film animasi berdurasi 30 menit dari Kanada yang memenangkan Academy Award. Film ini bercerita tentang upaya seorang penggembala fiksi untuk menghijaukan kembali sebuah lembah yang gundul.

Susan Kevra, seorang dosen studi Prancis dan Amerika di Vanderbilt University, menilai bahwa film ini sangat sukses menggambarkan penyebab dan kesengsaraan akibat perubahan iklim. Selain itu juga menjelaskan bagaimana manusia dapat mengubah iklim menjadi lebih baik.

 

5. Angry Inuk (2016)

Film ini merupakan sebuah dokumenter panjang yang membela perburuan anjing laut di Inuit Kanada, karena perburuan adalah sarana penting bagi Inuit untuk mempertahankan diri.

Sutradara film 'Angry Inuk', Alethea Arnaquq-Baril, menggarap film ini setelah mengkaji peran sentral perburuan anjing laut dalam kehidupan suku Inuit dan pentingnya pendapatan yang diperoleh dari penjualan kulit anjing laut. Di sisi lain, ia juga meneliti dampak negatif dari kampanye internasional yang menentang perburuan anjing laut terhadap kehidupan masyarakat lokal.

Dalam makalah Angry Inuk, Listening to Science, and the Perpetuation of Climate Crisis in Film, profesor studi film dari Carleton University, Kester Dyer, menjelaskan argumen film ini tentang hak untuk memperdagangkan produk anjing laut untuk konsumsi di luar kebutuhan hidup masyarakat lokal. Hal ini secara bersamaan menghadapkan penonton pada logika ekologi dari sistem nilai Pribumi, dan perlunya masyarakat non-Pribumi untuk menghormatinya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler