Dandim Sebut 15 Personel Yonif Raider 408 Diperiksa Denpom Surakarta

Belasan personel itu diperiksa karena menganiaya relawan Ganjar akibat knalpot brong.

Republika.co.id/Muhammad Noor Alfian Choir
Dandim 0724/Boyolali, Letkol Inf Wiweko Wulang Widodo.
Rep: Muhammad Noor Alfian Choir Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Sebanyak 15 personel Yonif Raider 408/SBH diperiksa terkait kasus dugaan penganiayaan secara bersama-sama terhadap relawan Ganjar Pranowo pada Sabtu (30/12/2023). Hingga kini penyelidikan masih berlangsung di penanganan Denpom IV/4 Surakarta.

"Saat ini yang terkonfirmasi yang diperiksa di Denpom IV/Surakarta dari Yonif 408/SBH terkonfirmasi 15 orang," kata Dandim 0724/Boyolali, Letkol Inf Wiweko Wulang Widodo saat konferensi pers di Markas Kodim Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (31/12/2023).

Baca Juga



Wiweko memastikan, proses hukum bagi personel TNI AD itu akan berjalan sesuai prosedur yang berlaku. Pihaknya juga berupaya membantu pengobatan para korban yang masih dirawat di RSUD Pandan Arang, Kabupaten Boyolali.

"Saat ini permasalahan sudah ditangani oleh pihak berwenang yaitu polisi militer dalam hal ini Denpom IV/Surakarta untuk melakukan proses hukum sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur yang berlaku serta berkoordinasi dengan para pihak terkait untuk membantu pengobatan terhadap para korban yang saat ini masih dirawat di rumah sakit," kata Wiweko.

Pihaknya juga mengaku menyayangkan terjadinya insiden tersebut. Wiweko pun menegaskan, personel yang terlibat kasus penganiayaan akan diproses sesuai prosedur hukum yang berlaku.

"Dan komitmen pimpinan TNI Angkatan Darat untuk menegakkan aturan hukum yang berlaku maka siapapun nanti oknum anggota yang terbukti bersalah dalam kasus penganiayaan tersebut tentu akan diambil tindakan secara profesional dan proporsional sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku," kata Wiweko.

Disinggung apakah sudah ada oknum TNI AD yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, kata Wiweko, penyelidikan saat ini masih dalam proses. Nantinya, tersangka kasus penganiayaan akan diungkapkan langsung oleh Letkol Cpm Teguh Ariwibowo selaku Komandan Denpom IV/Surakarta.

"(Kemarin) malam dilaksanakan penyelidikan yang sudah berjalan sampai saat ini. Mungkin konfirmasi berapa jumlah yang ditetapkan akan dikonfirmasi langsung oleh dandenpom saat ini proses terus berlanjut supaya kejadian yang berlangsung dapat diredakan," kata Wiweko.

TNI tetap netral...

Dandim 0724/Boyolali Letkol Inf Wiweko Wulang Widodo menegaskan, TNI tetap netral menghadapi Pemilu 2024. Hal itu menyikapi penganiayaan oleh sejumlah personel TNI TNI kepada relawan Ganjar saat melintas di depan Asrama Kompi Senapan B Yonif 408/SBH pada Sabtu sekitar pukul 11.19 WIB.

Wiweko menjawab pertanyaan awak media apakah ada muatan politik dalam kasus penganiayaan secara bersama-sama tersebut. Dia memastikan, insiden itu tidak terkait dengan sikap politik karena TNI tetap netral pada Pemilu 2024.

"Sampai dengan saat ini TNI tetap menjunjung tinggi dan memegang teguh komitmen netralitas yang diamanatkan oleh undang-undang," kata Wiweko.

Menurut dia, netralitas TNI adalah harga mati. Bahkan, ia juga menunjukkan buku pedoman netralitas di depan awak media. "Ini adalah buku pedoman kita dan sesuai dengan perintah panglima TNI perintah KSAD netralitas TNI sudah jelas, netralitas TNI adalah netralitas harga mati," kata Wiweko.

Sebelumnya, Wiweko menjelaskan, kejadian penganiayaan tersebut berlangsung secara spontan lantaran kesalahpahaman. Menurut dia, mulanya personel Kompi Senapan B Yonif Raider 408/SBH pada Sabtu sekitar pukul 11.19 WIB, sedang bermain voli.

Kemudian, mereka terganggu lantaran banyak iringan motor menggunakan knalpot brong atau bising melintas secara berulang-ulang. Karena itu, beberapa personel Yonif Raider 408/SBH keluar untuk mencegat pengendara motor, yang ternyata merupakan relawan capres Ganjar.

"Saat beberapa anggota melaksanakan olahraga bola voli kemudian mendengar suara bising yang membuat tidak nyaman dari beberapa sepeda motor dengan knalpot brong melintas secara terus dan berulang kali," kata Wiweko.

"Kemudian beberapa oknum anggota secara spontan keluar dari asrama menuju ke jalan di depan asrama guna mencari sumber suara knalpot brong pengendara motor tersebut untuk mengingatkan kepada pengendara dengan cara menghentikan serta membubarkan hingga terjadi penganiayaan terhadap pengendara sepeda motor knalpot brong tersebut," ucap Wiweko menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler