Resolusi Tahun Baru, Tiga Jurus Jitu Memperoleh Rezeki yang Berkah
Umat Muslim wajib mencari rezeki yang halal agar berkah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan pokok terasa mahal dibeli, maka percayalah bahwa Allah SWT tidak pernah menyimpan rahmat-Nya. Maka tugas manusia adalah tidak berhenti dalam ikhtiar mencari rezeki yang berkah.
Lantas bagaimana cara agar memperoleh rezeki yang berkah? Padahal apa-apa saat ini sudah sangat mahal dan sulit terjangkau kemampuan finansial.
Berikut tiga cara jitu agar memperoleh rezeki yang berkah.
1. Halal menjadi prioritas
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al Baqarah ayat 168:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Yā ayyuhan-nāsu kulū mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibā(n), wa lā tattabi‘ū khuṭuwātisy-syaiṭān(i), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un)."
Yang artinya, "Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata."
Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan, salah satu langkah yang paling fundamental yang harus dilakukan seorang Muslim adalah harus mencari rezeki yang halal. Baik itu rezeki berupa makanan, minuman, harta, hingga sumber atau cara memperolehnya.
Makanan, misalnya, hal itu dimaksud adalah yang terdapat di bumi yang diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah bagi manusia mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar memenuhi kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah.
Ketika hendak mencari rezeki yang berkah, maka umat Islam dianjurkan untuk senantiasa mawas diri dan waspada terhadap usaha setan yang selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan segala tipu dayanya. Allah mengingatkan bahwa sungguh setan itu musuh yang nyata bagi manusia.
2. Bekerja di jalan Allah
Allah berfirman dalam Alquran Sueat At Taubah ayat 105:
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ
"Wa quli‘malū fa sayarallāhu ‘amalakum wa rasūluhū wal-mu'minūn(a), wa saturaddūna ilā ‘ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi'ukum bimā kuntum ta‘malūn(a)."
Lanjut ke halaman berikutnya....
Yang artinya, "Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Ayat ini juga menegaskan bahwa umat Islam senantiasa dianjurkan untuk bekerja. Tidak asal bekerja, melainkan bekerja yang menghasilkan manfaat dan kebaikan di jalan Allah.
3. Tetap bersyukur atas nikmat
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Wa iż ta'ażżana rabbukum la'in syakartum la'azīdannakum wa la'in kafartum inna ‘ażābī lasyadīd(un)."
Yang artinya, "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan, dalam ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.
Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati. Kedua, dilakukan dengan diiringi perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridhai-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat dilihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan.
Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.