Soal Bali Bukan Timur Tengah, Pengamat: Arya Wedakarna tak Layak Jadi Senator
Badan Kehormatan (BK) DPD diminta mengambil tindakan tegas terhadap Arya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas mengatakan, sikap legislator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Bali, Arya Wedakarna, yang kerap terseret kontroversi menunjukkan bahwa ia tidak layak menjadi seorang senator. Fernando pun menyatakan, sebaiknya Badan Kehormatan (BK) DPD mengambil tindakan tegas terhadap Arya.
“Pernyataan dan sikap Arya Wedakarna yang sudah beberapa kali kontroversi dan bahkan ada yang mencampuri urusan agama lain menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak layak menjadi seorang senator,” kata Fernando kepada Republika, Selasa (2/1/2024).
Fernando mengatakan, sebagai seorang senator, sudah seharusnya Arya lebih memperhatikan dan memperjuangkan yang lebih penting untuk kepentingan masyarakat Bali yang diwakili, termasuk yang beragama Islam. Pernyataan Arya yang ramai disorot belakangan dia sebut sudah merendahkan agama lain, dalam hal ini agama Islam.
“Karena sudah merendahkan jilbab yang merupakan identitas perempuan agama Islam,” terang dia.
Menurut Fernando, sebagai pejabat negara seharusnya Arya tidak bersikap rasis dan membeda-bedakan sikap terhadap terhadap warga Bali yang di wakilinya di DPD. Seharusnya, kata dia, sikap dan pernyataan Arya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dengan menjunjung tinggi keberagaman.
“Dan memiliki sikap toleransi yang akan dicontoh oleh masyarakat Indonesia secara khusus masyarakat Bali,” ujar Fernando.
Senator Bali Arya Wedakarna menjadi sorotan setelah viral potongan video dirinya yang menyinggung soal jilbab yang dikenakan oleh wanita Muslim. Video tersebut menjadi kontroversial dan menuai kecaman dari para warganet.
Dalam video tersebut, Arya mengatakan tidak ingin ada wanita di bagian frontline yang menggunakan penutup kepala. Dia ingin wanita yang ada di garis depan itu terbuka rambutnya karena Bali bukanlah Timur Tengah.
"Saya gak mau yang front line, front line itu, saya mau yang gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan terbuka. Jangan kasih yang penutup, penutup gak jelas, this is not Middle East. Enak aja Bali, pakai bunga kek, pakai apa kek," ucap Arya, dikutip Republika.co.id, di Jakarta, Senin (1/1/2024).
Dalam catatan Republika.co.id, sosok Arya memang lekat dengan kontroversi. Meski begitu, ia cukup populer dan disenangi masyarakat Pulau Dewata hingga dua kali terpilih sebagai anggota DPD dari Bali periode 2014-2019 dan 2019-2024. Berikut beberapa rangkuman atas laporan yang dialamatkan kepada Arya yang ketika remaja pernah menjadi cover boy majalah anak muda dan vokalis tersebut.
Ketua DPP PKB Muhammad Lukman Edy pada 12 Desember 2017 melaporkan Arya ke BK DPD dan kepolisian lantaran diduga melakukan provokasi terkait ceramah Ustadz Abdul Somad. Arya memprovokasi anggota sebuah ormas di Bali untuk menolak kedatangan UAS hingga berusaha memasuki hotel. Namun, ia saat itu membantah ikut terlibat dalam intimidasi penolakan kedatangan UAS.
Pada 30 Oktober 2020, Arya kembali dilaporkan ke Polda Bali oleh tetua (pinisepuh) Perguruan Sandhi Murti, yaitu I Gusti Ngurah Harta. Warga dari Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali itu melaporkan Arya atas dugaan penodaan agama Hindu.
Pada 30 Juli 2023, Arya mendapat sorotan saat ikut menanggapi langkah pengelola Baso A Fung di Bandara I Gusti Ngurah Rai, yang merusak mangkuk dan piring. Hal itu imbas selebgram Jovi Adhiguna yang mengaku makan menggunakan kerupuk babi kala memesan makanan di kedai Baso A Fung.