AS Kecam Dua Menteri Israel yang Usulkan Pengusiran Warga Palestina

AS menegaskan akan tetap memandang Gaza sebagai bagian dari wilayah Palestina.

AP Photo/Leo Correa
Tentara Israel dari unit artileri menyimpan peluru tank di area persiapan di perbatasan Israel-Gaza di Israel selatan, Senin, 1 Januari 2024.
Rep: Kamran Dikarma Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengecam Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich.

Keduanya menganjurkan agar warga Palestina di Jalur Gaza dimukimkan kembali di luar wilayah tersebut. Kedua menteri itu menilai hal tersebut penting dilakukan untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di perbatasan Israel.

Baca Juga



“AS menolak pernyataan Menteri Israel Smotrich dan Ben-Gvir yang menghasut serta tidak bertanggung jawab. Seharusnya tidak ada pengungsian massal warga Palestina dari Gaza,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS lewat akun X (Twitter) resminya, Rabu (3/1/2024).

Dia menegaskan, AS akan tetap memandang Gaza sebagai bagian dari wilayah Palestina. Namun, Washington memang menolak Hamas kembali memerintah di wilayah tersebut.

“Kami sudah jelas, konsisten, dan tegas bahwa Gaza adalah tanah Palestina dan akan tetap menjadi tanah Palestina, dengan Hamas tidak lagi mengendalikan masa depannya serta tidak ada kelompok teror yang dapat mengancam Israel. Itu adalah masa depan yang kami cari, demi kepentingan Israel dan Palestina, kawasan sekitarnya, dan dunia,” ucap Miller.

Sebelumnya, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich...

Sebelumnya, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich menyuarakan gagasan mereka agar warga Gaza dimukimkan kembali di luar wilayah tersebut. Ben-Gvir mengatakan, pemindahan paksa warga Gaza adalah solusi yang tepat dan manusiawi.

Sementara itu, Smotrich menyerukan untuk menemukan negara-negara yang bersedia menampung warga Gaza. Bulan lalu, Pemerintah Israel membantah tuduhan yang menyebutnya berusaha mengusir paksa penduduk Palestina keluar dari Jalur Gaza. Mereka menyatakan hanya berupaya menumpas kelompok Hamas sebagai respons atas serangan dan operasi infiltrasinya tanggal 7 Oktober 2023.

“Ini tentu saja merupakan tuduhan yang keterlaluan dan salah,” ujar juru bicara pemerintah Israel, Eylon Levy, ketika ditanya tentang upaya mengusir penduduk Palestina keluar dari Jalur Gaza, 10 Desember 2023 lalu, dikutip laman Al Arabiya.

“Israel berjuang mempertahankan diri dari monster-monster yang melakukan pembantaian 7 Oktober, dan tujuan dari kampanye kami adalah untuk membawa monster-monster itu ke pengadilan dan memastikan mereka tidak lagi menyakiti rakyat kami,” tambah Levy.

Saat berbicara di Doha Forum pada 10 Desember 2023 lalu, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menuduh Israel berusaha mengusir penduduk Palestina keluar dari Jalur Gaza. Hal itu disampaikan ketika Israel terus menggempur wilayah selatan Gaza yang merupakan tempat penduduk sipil mengungsi.

“Apa yang kita lihat di Gaza bukan hanya sekadar pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa dan penghancuran mata pencaharian mereka (oleh Israel), tapi juga upaya sistematis untuk mengosongkan Gaza dari penduduknya,” kata Safadi.

Menurutnya, dunia belum memperlihatkan...

Menurutnya, dunia belum memperlihatkan i'tikad untuk mengakhiri perang di Gaza. “Kita belum melihat dunia mencapai titik yang seharusnya kita capai: tuntutan tegas untuk mengakhiri perang ini. Perang yang termasuk dalam definisi hukum genosida,” ujarnya.

Safadi berpendapat tujuan Israel menghancurkan Hamas tidak sesuai dengan besarnya kehancuran yang terjadi di kalangan warga sipil Gaza. Dia menilai agresi Israel ke Gaza benar-benar tak pandang bulu.

Sebelum Safadi, Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini telah terlebih dulu menuduh Israel berusaha mengusir penduduk Palestina di Jalur Gaza ke Mesir. Dalam sebuah opini di Los Angeles Times yang diterbitkan 9 Desember 2023 lalu, Lazzarini mengingatkan saat ini penduduk Gaza sudah terkonsentrasi di wilayah selatan.

Hal itu karena ketika pertempuran Israel-Hamas berkecamuk di utara, lebih dari satu juta warga diperintahkan mengungsi ke selatan. Saat ini, Israel mengintensifkan agresinya ke selatan Gaza.

PBB dan beberapa negara anggota...

“PBB dan beberapa negara anggota, termasuk AS, dengan tegas menolak pemindahan paksa warga Gaza keluar dari Jalur Gaza. Namun, perkembangan yang kita saksikan menunjukkan adanya upaya memindahkan warga Palestina ke Mesir, terlepas dari apakah mereka tinggal di sana atau dimukimkan kembali di tempat lain,” kata Lazzarini.

Dia mengungkapkan, kehancuran yang meluas di wilayah utara dan gelombang pengungsian yang diakibatkannya adalah tahap pertama dari skenario seperti itu. Sementara memaksa warga sipil Gaza keluar dari kota Khan Younis dan mendesak mereka lebih dekat ke perbatasan Mesir adalah tahap berikutnya.

“Jika jalan ini terus berlanjut, yang mengarah pada apa yang oleh banyak orang disebut sebagai Nakba kedua, Gaza tidak akan lagi menjadi tanah bagi warga Palestina,” kata Lazzarini, menggunakan istilah Arab untuk eksodus atau pemindahan paksa 760 ribu warga Palestina selama perang yang bertepatan dengan berdirinya Israel pada 1948.

Dari 2,4 juta penduduk Gaza, sekitar 1,9 juta di antaranya telah mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian di kota Rafah yang berbatasan dengan Mesir.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler