Amalan kepada Sesama Ini Justru akan Membuka Pintu Rezeki Ratusan Kali Lipat
Bersedekah kepada sesama akan mendatangkan rezeki melimpah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu kunci pembuka pintu rezeki adalah berbuat baik kepada sesama. Berbuat baik atau membantu orang yang lemah juga merupakan salah satu kunci yang membuat seorang hamba mendapat kemenangan.
Seperti diriwayatkan dari Abu Al Darda, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"ابغوني في ضعفائكم، فإنما ترزقون وتنصرون بضعفائكم" رواه أبو داود والترمذي
"Carilah aku pada orang-orang lemah. Sungguh kalian mendapat rezeki dan pertolongan karena orang-orang lemah di antara kalian" (HR Abu Daud, dan At Tirmidzi).
Dalam ajaran Islam memang sangat dianjurkan untuk berbagi dan menolong yang lemah. Salah satunya dengan berinfak. Dengan membantu dan membela kaum lemah dan berinfak, pintu rezeki akan terbuka lebar. Sudah banyak contoh yang terdapat di sekitar kita.
Alquran juga telah memberikan perumpamaan bagi orang-orang yang senang menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT. Dalam surat Al Baqarah ayat 261 diterangkan:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui."
Dalam Tafsir Al-Muyassar Kementerian Agama Arab Saudi dijelaskan, di antara hal yang paling bermanfaat bagi kaum mukminin adalah infak di jalan Allah SWT.
Dan perumpamaan kaum mukminin yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah SWT, adalah seperti satu benih yang ditanam di tanah yang subur. Maka tak berapa lama, benih itu telah menumbuhkan batang yang bercabang tujuh. Dan pada tiap cabang terdapat satu tangkai. Dan pada tiap tangkai terdapat seratus biji.
Allah SWT menggandakan pahala bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya, sesuai dengan keadaan hati orang yang berinfak berupa keimanan dan keikhlasan yang sempurna.
Dan karunia Allah SWT itu luas. Dan Dia Mahamengetahui siapa-siapa yang berhak memperolehnya, juga Mahamengetahui niat-niat hamba-hamba-Nya.
Sedangkan dalam Tafsir Tahlili Kemenag RI dijelaskan bahwa hubungan antara infak dengan hari akhirat erat sekali. Seseorang tidak akan mendapat pertolongan apa pun dan dari siapa pun pada hari akhirat, kecuali dari hasil amalnya sendiri selama hidup di dunia, antara lain amal berupa infak di jalan Allah SWT.
Betapa mujurnya orang yang suka menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, orang tersebut seperti seorang yang menyemaikan sebutir benih di tanah yang subur.
Benih itu menumbuhkan...
Benih itu menumbuhkan sebatang pohon, dan pohon itu bercabang menjadi tujuh tangkai, setiap tangkai menghasilkan buah, dan setiap tangkai berisi seratus biji, sehingga benih yang sebutir itu memberikan hasil sebanyak 700 butir. Ini berarti tujuh ratus kali lipat. Bayangkan, betapa banyak hasilnya apabila benih yang ditanamnya itu lebih dari sebutir.
Penggambaran seperti yang terdapat dalam ayat ini lebih baik, daripada dikatakan secara langsung bahwa “benih yang sebutir itu akan menghasilkan 700 butir”.
Sebab penggambaran yang terdapat dalam ayat tadi memberikan kesan bahwa amal kebaikan yang dilakukan oleh seseorang senantiasa berkembang dan ditumbuhkan Tuhan sedemikian rupa, sehingga menjadi keuntungan yang berlipat ganda bagi orang yang melakukannya, seperti tumbuh kembangnya tanaman yang ditanam seseorang pada tanah yang subur untuk keuntungan penanamnya.
Pengungkapan tentang perkembangan yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan seperti yang digambarkan dalam surat Al-Baqarah ayat 261 tersebut telah membangkitkan minat para ahli tumbuh-tumbuhan untuk mengadakan penelitian dalam masalah itu.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa sebutir benih yang ditanam pada tanah yang baik dan menumbuhkan sebatang pohon, pada umumnya menghasilkan lebih dari setangkai buah bahkan ada yang berjumlah lebih dari lima puluh tangkai.
Jadi, tidak hanya setangkai saja. Setiap tangkai berisi lebih dari satu biji, bahkan kadang-kadang lebih dari enam puluh biji.
Dengan demikian jelas bahwa penggambaran yang diberikan ayat tadi bahwa sebutir benih dilipatgandakan hasilnya sampai menjadi tujuh ratus butir, bukanlah suatu penggambaran yang berlebihan, melainkan adalah wajar, dan sesuai dengan kenyataan.
Atas dasar tersebut, dapat kita katakan bahwa semakin banyak penyelidikan ilmiah dilakukan orang, dan semakin tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi umat manusia, semakin tersingkaplah kebenaran yang terkandung dalam Kitab Suci Alquran, baik mengenai benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, ruang angkasa dan sebagainya.
Baca juga: Dilanda Rasa Sempit dan Sulit Jalani Hidup? Baca Doa yang Diabadikan Alquran Ini
Banyak riwayat yang berasal dari Rasulullah SAW yang menggambarkan keberuntungan orang-orang yang menafkahkan harta bendanya di jalan Allah SWT, untuk memperoleh keridaan-Nya dan untuk menjunjung tinggi agama-Nya. Di antaranya ialah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ اْلأَنْصَارِيّ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ بِنَاقَةٍ مَخْطُوْمَةٍ فَقَالَ هٰذِهِ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَكَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَبْعُمِائَةِ نَاقَةٍ كُلُّهَا مَخْطُوْمَةٌ. (رواه مسلم)
Dari Ibnu Mas‘ud, bahwa ia berkata, “Seorang lelaki telah datang membawa seekor unta yang bertali di hidungnya lalu orang tersebut berkata, “Unta ini saya nafkahkan di jalan Allah”. Maka Rasulullah saw bersabda, “Dengan nafkah ini, Anda akan memperoleh di akhirat kelak 700 ekor unta yang juga bertali di hidungnya.” (Riwayat Muslim).
Pada akhir ayat ini...
Pada akhir ayat ini disebutkan dua sifat di antara sifat-sifat-Nya, yaitu Mahaluas dan Mahamengetahui. Maksudnya, Allah Mahaluas rahmat-Nya kepada hamba-Nya, karunia-Nya tidak terhitung jumlahnya.
Dia Maha Mengetahui siapakah di antara hamba-hamba-Nya yang patut diberi pahala yang berlipat-ganda, yaitu mereka yang suka menafkahkan harta bendanya untuk kepentingan umum, untuk menegakkan kebenaran, dan untuk kepentingan pendidikan bangsa dan agama, serta keutamaan-keutamaan yang akan membawa bangsa kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Apabila nafkah-nafkah semacam itu telah menampakkan hasilnya untuk kekuatan agama dan kebahagiaan bangsa, maka orang yang memberi nafkah itu pun akan dapat pula menikmatinya baik di dunia atau di akhirat nanti.
Ajaran Islam mengenai infak sangat tinggi nilainya. Selain mengikis sifat-sifat yang tidak baik seperti kikir dan mementingkan diri sendiri, infak juga menimbulkan kesadaran sosial yang mendalam, bahwa manusia senantiasa saling membutuhkan, dan seseorang tidak akan dapat hidup seorang diri.
Sebab itu, harus ada sifat gotong-royong dan saling memberi sehingga jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dapat ditiadakan, persaudaraan dapat dipupuk dengan hubungan yang lebih akrab.
Menafkahkan harta di jalan Allah SWT, baik yang wajib seperti zakat, maupun yang sunah seperti sedekah yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat, untuk memberantas penyakit kemiskinan dan kebodohan, untuk penyiaran agama Islam dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan adalah sangat dituntut agama, dan sangat dianjurkan oleh syara’.
Sebab itu, banyak sekali ayat-ayat Alquran yang membicarakan masalah ini, serta memberikan dorongan yang kuat dan memberikan perumpamaan yang menggambarkan bagaimana beruntungnya orang yang suka berinfak dan betapa malangnya orang yang tidak mau menafkahkan hartanya.