Gaya Debat Capres Diyakini Analis akan Pengaruhi Generasi Muda Tentukan Pilihan
"Generasi muda yang ada di perkotaan terbiasa menemukan solusi lewat debat."
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Febrian Fachri
Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan menilai gaya komunikasi para calon presiden saat Debat Pemilihan Presiden dapat mempengaruhi generasi muda dalam menentukan pilihan pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Diketahui, pada Pemilu 2024 pemilih didominasi oleh kalangan usia milenial dan generasi Z.
"Kalau kita lihat generasi muda yang ada di kelompok perkotaan, yang biasa berbeda pendapat, yang terbiasa menyelesaikan atau menemukan solusi dengan perdebatan, debat adalah hal yang menarik," ujar Firman, Rabu (10/1/2024).
Firman mengatakan, debat merupakan ajang untuk memancing persilangan atau adu pendapat dan gagasan antar kandidat. Menurut dia, gaya berdebat yang membuat pihak lawan lebih terpancing mengungkapkan gagasan atau menimbulkan kegeraman akan lebih digemari oleh generasi muda.
"Gaya berdebat yang lebih memancing pihak lain untuk bisa lebih mengungkapkan gagasannya atau mungkin menimbulkan kegeraman, menimbulkan kemarahan, ini justru hal yang dinamis seperti itu akan digemari," kata dia.
Firman mengatakan, gaya komunikasi dengan intensi menyerang pada debat merupakan hal yang wajar, selama yang diserang adalah gagasan, bukan personal. Dia berpandangan bahwa gaya komunikasi yang dinamis dan saling beradu gagasan semacam itu lebih dapat diterima oleh generasi muda yang tinggal di perkotaan atau berpendidikan tinggi.
Kelompok generasi muda tersebut dinilai terbiasa mengutamakan kekuatan pikiran dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga cenderung lebih menyukai gaya debat yang dinamis. Sementara kelompok generasi muda yang lebih konservatif dinilai tidak terlalu menyukai ajang debat semacam itu.
Menurut dia, mereka mungkin lebih menyukai debat yang bersifat lebih santun atau lembut. Namun, dia menilai bahwa debat yang terlalu santun mungkin tidak mampu mengungkapkan kemampuan atau cara berpikir yang sesungguhnya dari seorang kandidat.
"Jadi (debat dengan intensi menyerang) tidak masalah, karena kan yang diserang adalah gagasannya," demikian pandangan Firman Kurniawan.
Sebelumnya, pengamat politik Universitas Jember, Muhammad Iqbal, menilai Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo lebih menguasai materi dibandingkan Prabowo Subianto dalam debat ketiga Pilpres 2024 yang digelar pada Ahad (7/1/2024). Diketahui debat ketiga bertema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, dan geopolitik.
"Penguasaan materi baik saat pemaparan dan merespon kandidat saya kira paling tinggi ada pada capres Anies. Berikutnya Ganjar sedikit di bawah Anies. Sedangkan Prabowo justru paling buruk, tidak fokus dan berkali-kali terlihat sangat emosional," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Ahad malam.
Padahal, banyak kalangan bilang tema debat ketiga adalah milik "Prabowo banget" karena kapasitasnya sebagai Menteri Pertahanan, sedangkan Anies dan Ganjar dinilai secara umum tidak punya pengalaman tata kelola pertahanan dan keamanan. Menurutnya, ilmu ketahanan dan pengalaman global Anies yang seorang sipil murni telah berhasil menjebol pertahanan kemampuan dan daya tahan emosi Menteri Pertahanan Prabowo yang seorang militer.
Termasuk juga Ganjar, sosok anak polisi yang berpengalaman merakyat sebagai kepala daerah justru juga mampu 'sat-set' membobol daya pertahanan argumen Prabowo. "Sangat disayangkan, bila baru di forum debat capres saja Prabowo sudah sangat emosional, apalagi jika nanti di forum nyata domestik maupun komunitas dunia," ucap akademisi FISIP Universitas Jember itu.
Ia mengatakan semua pertanyaan dari panelis terbukti memang sangat berkualitas, relevan dan penting terkait tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi dan geopolitik tersebut. Terkait materi soal kebijakan dan strategi kemudahan akses pengembangan tentang pertahanan yang tangguh, teknologi siber, kecerdasan buatan.
Anies bisa tepat menjawab karena dikaitkan dengan adanya pergeseran tantangan dan ancaman keamanan non-tradisional. Situasi seperti keamanan privasi konten ponsel, peretasan bahkan ancaman pada sistem pertahanan dan keamanan menurut Anies negara harus siap memiliki sistem yang komprehensif dan serius.
"Artinya, negara perlu melibatkan seluruh lembaga dan masyarakat dengan sistem responsif dan teknologi adaptif yang terbaru," tuturnya.
Iqbal menilai Ganjar juga lebih konkrit menjawab karena menyebutkan lembaga seperti BSSN, LPDP, BRIN, Kepolisian Siber, harus dioptimalkan dengan sistem keamanan yang baik dengan kecepatan internet yang tinggi, sehingga capres nomor urut 3 itu mengusulkan ada Duta Besar Siber. Sementara Prabowo mungkin hanya normatif menjawab putra-putri bangsa perlu menguasai sistem AI dan siber.
Kemudian, secara seni dan strategi debat terlihat Prabowo yang seharusnya dijagokan menang justru malah larut lebih emosional, sehingga kehilangan fokus jawaban yang strategis dan konkrit. Sebaliknya, Ganjar dengan gaya khas pengkisah narasi tampak lebih luwes dan taktis ketika memaparkan sistem pertahanan 5.0, harmonisasi dan sinkronisasi sistem keamanan, atau viralisme karya anak bangsa jadi mendunia.
"Terlebih ketika bertanya tajam ke Prabowo soal belanja alutsista bekas dan tidak tercapainya target 'MEF' pertahanan," ucap pakar komunikasi Unej itu.
Sedangkan Anies yang sejak sesi pembuka langsung menekan Prabowo-dengan taktik "gegenpressing" (istilah dalam sepak bola) ketika mempersoalkan besarnya anggaran Kemenhan, namun belum mampu membuat sejahtera TNI, Polri dan ASN pertahanan. Serta dinilai tidak mampu melindungi sistem keamanan nasional dan sosial dari berbagai ancaman peretasan, narkoba, pencurian ikan dan pasir serta serangan siber.
"Terlebih ketika argumen Anies menyerang kebijakan food estate yang dinilai merusak kedaulatan lingkungan serta ironi kepemilikan lahan 340 ribu hektare oleh Prabowo di saat banyak prajurit belum punya lahan rumah," ujarnya.
Update elektabilitas
Berdasarkan hasil survei terbaru yang dilaksanakan Indonesia Political Opinion (IPO), elektabilitas pasangan capres cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, mulai menunjukkan kenaikan mengejar elektabilitas pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, mengatakan elektabilitas pasangan AMIN kini berada di angka 34,5 persen.
Elektabilitas AMIN kini hanya berselisih 7,9 persen dari Prabowo-Gibran yang elektabilitasnya berada di angka 42,3 persen. Adapun, elektabilitas pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD 21,5 persen.
"Pertama ada beberapa data yang menunjukkan bahwa semakin meningkat kelompok pemilih yang menyatakan Anies Baswedan tokoh yang paling meyakinkan pada penyampaian gagasan, penyampaian ide dan rencana kerja," kata Dedi, kepada Republika, Rabu (10/1/2024).
Dedi menambahkan, beberapa hal yang berkaitan dengan kewibawaan kepemimpinan itu pada versi Anies Baswedan cukup tinggi. Jadi dua hal yang jadi pertimbangan publik memilih Anies menurut Dedi adalah karena kepemimpinan seorang Anies.
Sedangkan, faktor elektabilitas Prabowo yang saat ini masih berada pada posisi paling tinggi kata Dedi karena endorsement dari Presiden Jokowi. Di mana, Prabowo dianggap sebagai capres yang paling direstui dan akan melanjutkan program-program dari presiden petahana. Di situlah bedanya kata Dedi di mana Anies dinilai karena dirinya sendiri sementara Prabowo dipilih karena faktor Jokowi.
"Prabowo mengalami peningkatan karena faktor Jokowi, mendapatkan dukungan dari Jokowi, endorsement Jokowi. Jadi Prabowo tidak dinilai sebagai dirinya sendiri tapi karena faktor Jokowi," ucap Dedi.
Selain itu, hasil survei IPO lanjut Dedi memperlihatkan pemilih mulai beralih ke Anies karena penyampaian ide dan gagasannya paling mudah dicerna. Dedi menyebut dua kali penampilan Anies di debat capres 2024 turut membuat pemilih berpindah ke Anies.
"Kalau dalam paparan survei debat kandidat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mempengaruhi pemilih. Ada yang emang memindahkan pilihannya karena sejak mendengar debat ada juga yang semakin yakin dengan pilihannya. Anies salah satu yang mendapat poin. Apa yang dia sampaikan dalam debat itu dianggap oleh publik yang paling meyakinkan. Itulah ada asumsi bahwa Anies dinilai cukup kuat narasi gagasannya," kata Dedi menambahkan.
Survei IPO dilakukan sejak 1 Januari hingga 7 Januari 2024. Jumlah responden mencapai 1.200 orang dengan kriteria telah memiliki hak pilih atau berusia di atas 17 tahun. Metode survei menggunakan multistage random sampling dan pembagian kuesioner secara langsung. Margin of error sekitar 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.