Buya Anwar Respons Pembakaran Alquran: Kebebasan Jangan Kebablasan
Buya Anwar dorong Eropa miliki aturan larang nodai kitab agama
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengecam tindakan percobaan pembakaran Alquran yang dilakukan pemimpin Patriotic Europeans Againts the Islamization of the West (Pegida) yang merupakan kelompok anti Islam, Edwin Wagensveld saat melakukan demonstrasi di Belanda. Dia mengutuk keras tindakan tersebut karena Alquran adalah kitab suci Umat Islam.
Dia menegaskan sebagai kitab suci agama Islam maka sudah seharusnya dihormati semua manusia entah dari kelompok agama lain maupun mereka yang tidak beragama. Percobaan pembakaran Alquran akan memicu konflik yang berkepanjangan.
"Oleh karena itu jika ada orang di Belanda beberapa hari yang lalu yang membakar Alquran maka MUI jelas mengutuk keras sikap dan tindakan yg dilakukan oleh oknum tersebut," ujar Anwar saat dihubungi republika.co.id, Senin (15/1/2024).
Kasus percobaan pembakaran Alquran memang sering terjadi di beberapa negara Eropa. Hal tersebut tak lepas dari Islamofobia yang terus meningkat. Dia akan bersyukur jika negara-negara Eropa mempunyai undang-undang yang melarang pembakaran kitab suci agama-agama.
Dia mengatakan akan sangat bagus jika mereka bisa membuat UU khusus tentang pelarangan membakar kitab suci agama-agama. Namun dia meyakini sulit mewujudkan UU itu lahir di Eropa karena mereka menjunjung tinggi kebebasan. Dan kebebasan yang mereka usung tidak ada batasannya. "Kebebasan itu seharusnya harus ada batasannya," kata Anwar.
Dia ingin kebebasan jangan sampai dijadikan dalih untuk membakar kitab suci agama-agama. Pasalnya, hal tersebut akan memicu ketegangan di tengah-tengah masyarakat yang juga dapat merusak persatuan dan kesatuan hubungan antara sesama.
"Kita ingin masing-masing kitab bisa hidup dengan aman tentram dan damai meskipun kita berbeda agama dan keyakinan," tutur Anwar menegaskan.
Polisi Belanda pada Sabtu (13/1/2024), terlibat perkelahian dengan peserta unjuk rasa yang mencoba menghentikan serangan terhadap kitab suci Alquran. Aksi serangan terhadap kitab suci umat muslim ini hampir saja dilakukan Edwin Wagensveld, pemimpin gerakan Patriotic Europeans Against the Islamization of the West (PEGIDA).
Dilansir dari Daily Sabah, Ahad (14/1/2024), Polisi mengatakan sebuah kelompok berdemonstrasi menentang pembakaran Alquran oleh PEGIDA, di mana mereka memperoleh izin dari kotamadya di Arnhem. Kelompok tersebut berusaha untuk mencegahnya, yang menyebabkan penghentian demonstrasi.
Tiga orang ditangkap karena ketidakpatuhan dan tiga petugas mengalami luka ringan. Diketahui bahwa pemimpin PEGIDA ditempatkan di bawah perlindungan polisi.
Wali Kota Arnhem Ahmed Marcouch, asal Maroko, mengatakan, membakar kitab suci tidak dilarang di Belanda. Marcouch mencatat, bahwa sementara tindakan seperti itu mungkin dapat dimengerti dalam mempengaruhi orang, menggunakan kekerasan tidak dapat diterima. Di Belanda, walikota memiliki wewenang untuk melarang demonstrasi jika mereka mengantisipasi gangguan ketertiban umum.
Dalam serangan terhadap Alquran yang dilakukan Wagensveld pada 2022 dan 2023, dilaporkan bahwa jika dia membakar Alquran, polisi akan campur tangan karena larangan kebakaran umum, sesuai dengan peraturan ketertiban umum dan keselamatan.
Wagensveld merobek Alqur di bawah perlindungan polisi di depan gedung parlemen sementara Belanda di Den Haag pada 22 Januari 2023, dan sendirian dalam demonstrasi di Utrecht pada 13 Februari.
Baca juga: 3 Fakta Surat Al-Mulk Ayat 15 yang Memuat Janji Allah SWT untuk Lancarkan Rezeki
Tahun lalu, pada 18 Agustus dan 23 September, Wagensveld merobek Alquran di depan Kedutaan Besar Turki di Den Haag, menarik kemarahan baru dari Kementerian Luar Negeri, yang mengutuk penyebaran "serangan provokatif yang diizinkan dengan kedok kebebasan berekspresi" di negara-negara Eropa.
Sejak itu Ankara telah berulang kali meminta pihak berwenang di Belanda, serta negara-negara Barat lainnya seperti Denmark dan Swedia, di mana demonstrasi serupa terjadi sepanjang 2023, untuk mengambil tindakan mendesak dan efektif terhadap siapapun yang menodai Alquran.
Khususnya, Denmark mengesahkan undang-undang yang membuatnya ilegal untuk menodai teks suci apa pun di depan umum pada awal Desember, setelah satu tahun di mana lebih dari 500 protes terjadi yang melibatkan pembakaran Alquran di depan kedutaan besar negara-negara Muslim, tempat ibadah dan lingkungan imigran.