11 Anak di Jatim Terjangkit Polio, Sembilan Disebut tak Tampak Gejala
Dua anak yang kondisinya sakit disebut menjalani terapi.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur (Jatim) Erwin Astha Triyono menyebut ada sebelas anak yang terjangkit virus polio. Namun, sembilan anak di antaranya disebut tidak menunjukkan gejala.
“Yang sembilan posisi anaknya sehat. Itu hasil surveilans. Jadi, anak sehat (tidak terlihat gejala polio) yang kita cari, kita cek fesesnya, ternyata di situ ada (virus) polionya,” kata Erwin di Surabaya, Selasa (16/1/2024).
Sementara dua anak lainnya, di Sampang dan Pamekasan, menurut Erwin, baru diketahui terjangkit polio karena kondisinya sakit. Ia mengatakan, kedua anak tersebut sudah mendapatkan pendampingan untuk menjalani terapi.
“Situasi sudah terkendali, dalam tanda kutip, sudah didampingi oleh teman-teman puskesmas untuk terapi. Yang dua memang posisi datang ke faskes (fasilitas kesehatan) karena sakit,” ujar Erwin.
Adapun terhadap sembilan anak lainnya yang terkonfirmasi positif, namun tidak terlihat gejala, Erwin mengatakan, akan didorong menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta mengikuti pekan imunisasi nasional, yang digelar Januari dan Februari 2024. Menurut dia, kondisi sembilan anak tersebut juga akan dievaluasi dalam dua pekan hingga tiga bulan ke depan.
Erwin meminta masyarakat mengantisipasi penyebaran virus polio ini. “Diharapkan buang air besar tolong dilakukan di jamban tertutup dan enggak boleh dibuang ke sungai untuk mencegah penularan lebih lanjut. Yang pakai pampers-pampers (popok) tolong disimpan dengan baik, enggak boleh dibuang sembarangan. Jangan lupa cuci tangan juga. Jadi, pola hidup bersih dan sehat juga sangat membantu,” kata dia.
Ihwal status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio, Erwin menjelaskan, pada prinsipnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim akan mengikuti regulasi yang ada. Meskipun anak terjangkit polio dalam keadaan sakit hanya ditemukan di Sampang dan Pamekasan, kata dia, Gubernur Jatim mengusulkan KLB ditetapkan di level provinsi.
“Supaya tindak lanjutnya lebih merata karena kan yang diimunisasi bukan hanya dua itu, tetapi tetap (anak di) 38 kabupaten/kota,” kata Erwin.