Petualang Asal Palestina Ini Kelilingi Dunia 20 Tahun, Ungkap 14 Iklim di Wilayah Islam
Palestina dikenal juga sebagai salah satu pusat peradaban Islam
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Salah satu dari sekian banyak kontribusi dari bumi Palestina kini, adalah munculnya dari kiprah al-Muqaddasi, yang kemudian dikenal sebagai pakar geografi terkemuka di dunia Islam.
Pada akhir abad ke-10, pria yang berasal dari al-Quds (Yerusalem) ini telah melanglang ke seluruh dunia Islam. Ia menciptakan suatu karya paling orisinal dalam ilmu geografi Arab.
Muhammad Ibnu Ahmad Shams al-Din al-Muqaddasi atau juga dikenal sebagai al-Maqdisi lahir pada 945 M dan meninggal pada 1000 M. Ia adalah ahli ilmu bumi dari Arab yang terkenal. Ia merupakan satu dari sekian banyak ahli ilmu pengetahuan sosial di dunia Islam. Dalam hal ini, spesialisasinya adalah ilmu bumi atau geografi.
Risalahnya yang terbaik dan terkenal adalah Ahsan at-Taqasim fi Ma'rifat al-Aqalim (Klasifikasi Terbaik Mengenai Pengetahuan tentang Iklim) yang diselesaikannya pada 375 H (985 M) dan edisi revisinya yang diproduksi tiga tahun kemudian.
Kakeknya (al-Bana) adalah seorang arsitek yang bekerja pada Ibnu Tulon untuk membangun pelabuhan Acre. Setelah menunaikan ibadah haji ke Makkah pada usia 20 tahun, ia memutuskan untuk menekuni geografi.
Untuk memperoleh informasi yang diperlukan, ia melakukan perjalanan selama 20 tahun yang membawanya ke seluruh negara Islam di dunia. Pada 985 M, ia menulis buku berjudul Ahsan al-Taqasim fi Ma'rifat al-Aqalim, sebuah catatan sistematik mengenai tempat-tempat dan negara yang telah ia kunjungi.
Buku ini merupakan risalah epik geografis dan juga suatu karya sastra besar. Risalah ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadinya selama 20 tahun dan catatan observasi perjalanannya ke negara-negara Islam yang terbentang mulai dari Samudra Atlantik hingga Samudra Hindia.
Pada awal pertengahan kedua abad ke-19, seorang peneliti Timur Tengah asal Jerman, Aloys Sprenger, mengalihkan perhatian orang-orang Barat ke manuskrip karya al-Muqaddasi.
Sprenger memuji al-Muqaddasi sebagai ahli bumi terbesar sepanjang masa. Sedangkan peneliti Islam dari Prancis, Andre Miquel, menyebut buku al-Muqaddasi sebagai karya yang secara total membahas seluk-beluk geografi.
Seorang ilmuwan lain asal Eropa, Le Strange, mengomentari karya al-Muqaddasi: Deskripsinya mengenai Palestina, terutama kampung halamannya yaitu Yerusalem, adalah bagian terbaik dari seluruh karyanya.
Semua yang ia tulis..
Semua yang ia tulis adalah buah dari observasinya, dan deskripsinya tentang tata krama dan adat istiadat berbagai negara. Semua ini menunjukkan hal tersebut berasal dari pemikiran yang tajam dan jeli. Semuanya didasarkan pada pengetahuan yang dalam.”
Secara teknis, Ahsan at-Taqasim, merupakan buku Arab pertama mengenai geografi yang membuat peta dengan warna natural. Buku ini ditulis berdasarkan observasinya terhadap populasi, tata krama, dan kehidupan ekonomi penduduk di negara-negara Islam yang ia datangi dalam perjalanan selama 20 tahun. Dalam buku ini, al-Muqaddasi memberi pandangan yang menyeluruh dan dalam terhadap daerah-daerah yang ia kunjungi.
Al-Muqaddasi membagi dunia Islam menjadi 14 iklim. Ia menguraikan setiap daerah secara terpisah. Ia menyebutkan satu persatu daerah dan memberikan deskripsi yang cukup pada setiap daerah, terutama daerah pusat urban.
Setelah itu, ia masuk ke subjek yang lain, yatu populasi, perbedaan etnik, kelompok sosial, perdagangan, sumber mineral, monumen arkeologi, peredaran mata uang, dan lain-lain. Ia juga menulis tentang lingkungan politik daerah tersebut. Pendekatan ini sangat kontras dengan pendahulunya yang cenderung kurang mendalam.
Buku Ahsan at-Taqsim sangat lekat dengan nilai-nilai sosial, urban, dan catatan geografi di akhir abad ke-10. Di sini, al-Muqaddasi mencatat observasinya mengenai topografi, iklim, arsitektur, vegetasi, bahasa, agama, dan budaya negara yang ia kunjungi. Buku ini seolah membicarakan tentang seorang pria yang menarik dan melihat dunianya melalui bingkai acuan yang ia dapat dari keyakinan agamanya yang dalam.
Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya
Anda harus tahu bahwa sekolah-sekolah dan menteri negara sudah pernah menulis subjek ini, namun sangat membingungkan. Kenyataannya, kebanyakan dari mereka hanya mendengar desas-desus. Sedangkan kami, tak ada negara yang tidak kami masuki, bahkan hal paling kecil yang berada di luar pengetahuan kami,” tulis al-Muqaddasi.
Dalam buku ini, al-Muqaddasi menggambarkan dirinya sebagai seorang yang keras, pintar, cakap, dan mempunyai banyak informasi. Tak ada raja perpustakaan yang tidak kuuji ketekunannya, tidak ada sekte yang tidak kupelajari tulisannya, tidak ada pertapa yang tidak kujadikan teman, tidak ada pendeta di negara manapun yang tidak kudatangi majelisnya. Dengan jalan ini aku menemukan pengetahuan yang benar atas apa yang kucari dalam subjek ini,” begitu al-Muqaddasi bercerita dalam Ahsan al-Taqsim.