Bassist Green Day Sebut Lirik “American Idiot” Picu Perbincangan dan Itu Hal yang Biasa

Seperti saat perilisannya 20 tahun lalu, lagu American Idiot mendapat beragam reaksi.

EPA-EFE/NINA PROMMER
Band Green Day
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat tampil di Dick Clark's New Year's Rockin' Eve with Ryan Seacrest, band Amerika Serikat (AS) Green Day menampilkan koleksi lagu-lagu hits mereka dahulu dan sekarang, termasuk lagu utama dari album American Idiot tahun 2004 yang mendapat pujian kritis dan menduduki puncak tangga lagu. 

Baca Juga


Dilansir The Hollywood Reporter, Selasa (16/1/2024), salah satu anggota pendiri lagu tersebut baru-baru ini berbicara kepada Rolling Stone tentang penampilan Green Day dalam lagu "American Idiot", dan reaksi buruk yang didapat dari lagu tersebut, sambil membahas karier punk rocker tersebut selama hampir 40 tahun.

Seperti "Holiday", lagu tersebut merupakan salah satu lagu yang secara eksplisit bersifat politis dalam album konsep opera punk rock yang dideskripsikan sendiri oleh band tersebut yang mengeksplorasi antihero kelas menengah ke bawah yang dikenal sebagai "Jesus of Suburbia".

Lagu "Jesus of Suburbia" membahas kekecewaan generasi muda pada masa pemerintahan George W Bush setelah peristiwa seperti 9/11 dan perang Irak, sekaligus menyerukan media Amerika karena memicu propaganda perang. 

Selama penampilan New Year's Eve, Vokalis Utama dan Gitaris Billie Joe Armstrong menyanyikan lirik baru untuk "American Idiot", mengubah kata-kata asli dari "Saya bukan bagian dari agenda orang kulit putih kelas pekerja" menjadi "Saya bukan bagian dari agenda MAGA", isyarat tajam untuk slogan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump "Make America Great Again". 

Meskipun pembaruan ini mendapat dukungan dari banyak penggemar Green Day, pembaruan tersebut, seperti saat lagi itu pertama kali dirilis, juga menghadapi reaksi balik. Bagi bassist dan vokal latar Mike Dirnt, pembaruan tersebut tampak wajar. 

“Lagu itu berusia 20 tahun, dan kami adalah Green Day,” kata Dirnt kepada Rolling Stone. “Apa yang kamu harapkan? Ayolah.”

Dirnt melanjutkan dia pikir bagian terbaiknya adalah perubahan lirik tersebut memicu perbincangan. 

“Itu membuat orang-orang berbicara. Mula-mula bersifat retoris, lalu menjadi percakapan. Kapan pun Anda dapat membuat orang berbicara, Anda akan selalu mendapatkan suara yang paling keras [didengar terlebih dahulu], dan kemudian semua orang di ruangan itu akan memahami apa arti sebenarnya,” ujar dia. 

Ia kemudian ditanya tentang....

 

 

Pria berusia 51 tahun ini kemudian ditanya tentang keyakinannya bahwa album lanjutan dari American Idiot akan dirilis setelah terpilihnya Trump. Dirnt menjawab bahwa “kami semua tahu bahwa hal ini hanyalah hasil yang tidak diharapkan,” namun dia mencatat bahwa Armstrong telah menulis sesuatu yang mirip dengan hal tersebut, “The American Dream Is Killing Me” dari album Saviors milik band tersebut, hampir empat tahun yang lalu. 

“Kami bukanlah parodi dari siapa kami sebenarnya, dan lagu-lagu seperti itu memerlukan waktu untuk disempurnakan. Kalau itu berarti hanya duduk santai dan membiarkan kehidupan terjadi, biarlah,” jelasnya. “Dan itu adalah salah satu hal terakhir yang kami rekam. Rob seperti, ‘Apa lagi yang kami punya?’ Menjelang akhir rekaman, hanya ada dua lagu. Itu yang satu dan ‘Father to a Son’. Dan kedua lagu itu, Rob seperti, ‘Oh, kamu harus merekamnya.’”

Dirnt menambahkan kemudian Amstrong harus masuk ke “American Dream” dan mendalami liriknya, serta mengubah beberapa hal di sana-sini. 

“Tetapi ‘The American Dream Is Killing Me’ adalah kalimat yang populer beberapa waktu lalu. Kami seperti, ‘Ya, ini bukan waktu yang tepat.’” kata Dirnt. 

Jadi apa yang menjadikan tahun 2024 sebagai waktu yang tepat, menurut Dirnt ? Pria kelahiran tahun 1972 ini berpikir ini adalah pernyataan yang lebih luas dibandingkan Trump. 

 

“Itu lebih penting daripada dia,” ujarnya kepada majalah tersebut. “Ini menunjukkan fakta bahwa ayah Armstrong adalah seorang sopir truk Teamster dan ibunya adalah pramusaji, dan entah bagaimana mereka mampu membesarkan lima anak dan membeli rumah, dan hal itu tidak lagi berlaku untuk semua orang. Kami sedang terbelakang saat ini," katanya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler