Apa Itu Tawasul dan Mengapa Muslim Dianjurkan Melakukannya?

Tawasul kerap disalahpahami oleh sebagian orang.

Wihdan Hidayat / Republika
Warga berwisata rohani di Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah, Jumat (1/4/2022). Masjid ini dipercaya merupakan peninggalan salah satu Wali Songo, yakni Sunan Kudus.
Rep: Imas Damayanti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian umat Islam kerap menjalankan tawasul. Apa itu tawasul dan mengapa dianjurkan untuk dilakukan untuk kaum Muslimin?

Secara bahasa, tawasul adalah mencari perantara atau wasilah. Tawasul secara bahasa juga bisa dimaknai kedudukan di sisi raja yang mana setiap penguasa memiliki anak buah. Tawasul secara bahasa juga bisa diartikan sebagai derajat, ketinggian, kedudukan, dan kedekatan.

Namun demikian, secara istilah, tawasul berarti adalah sebuah kegiatan berdoa kepada Allah dengan wasilah orang-orang sholeh. Di mana wasilah itu dijadikan sebagai pendorong agar Allah SWT berkehendak mengabulkan doa orang yang bertawasul.

KH Muhammad Faiz Syukron Makmun menjelaskan, tawasul kerap disalahpahami oleh sebagian orang. Bertawasul pada hakikatnya bukanlah kegiatan berdoa atau meminta sesuatu kepada selain Allah, melainkan menjadikan orang-orang sholeh sebagai perantara (pendorong) diwujudkannya doa tersebut oleh Allah SWT.

“Terkadang orang salah memahami hakikat tawasul, sehingga pembahasan ini kadang-kadang sampai membid’ahkan orang lain bahkan mengkafirkan orang lain. Maka memahami makna tawasul ini mendorong kita semua untuk kembali menggali apa maknanya secara lughoh dan istilah,” kata Gus Faiz dalam kajian live streaming, di Youtube Ponpes Daarul Rahman, Kamis (18/1/2024).

Baca Juga


Salah satu prinsip dalam tawasul...

Salah satu prinsip dalam tawasul, kata Gus Faiz, adalah salah satu (bukan pokok) cara untuk berdoa. Yang mana di dalam Islam, cara berdoa sangatlah banyak, termasuk salah satunya adalah tawasul. Sehingga secara hakikat, yang dijadikan wasilah dalam bertawasul hanyalah perantara (dorongan) agar amal sholeh kita diterima oleh Allah.

Misalnya, ketika seseorang berziarah kubur ke makam Nabi atau orang-orang sholeh dan dia berdoa kepada Allah dengan wasilah orang-orang tersebut, maka wasilah itu dijadikan sebagai dorongan dalam bermunajat. Bukan berdoa atau meminta kepada yang selain Allah.

Orang yang bertawasul dengan nama Nabi dan orang-orang sholeh sesungguhnya itu semua merupakan kegiatan seorang hamba yang sedang meminta terwujudnya manfaat suatu kebaikan tertolaknya satu marabahaya dari Allah tapi dengan menyebut nama seorang Nabi. Kalau yang berkeyakinan di luar Allah, maka itu menjadi musyrik.

“Jangan juga disalahpahami bahwa wasilah atau perantara itu artinya kita berdoa tidak bisa langsung bicara ke Allah, bukan begitu memahaminya. Kita berdoa dan berbicara kepada Allah secara langsung tentu saja bisa, tapi wasilah tadi itu menjadi dorongan semoga Allah mengabulkan doa-doa kita dengan amal sholeh yang sudah kita lakukan,” kata Gus Faiz.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler