Ke-NU-an Khofifah dan Politisasi Harlah Muslimat NU, Begini Penjelasan Khofifah

Dalam harlah Muslimat NU, Khofifah menjelaskan tak perlu menakar ke-NU-an orang.

ANTARA/Abdul Fatah
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa.
Rep: Rahmat Fajar Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) dan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022-2027 Khofifah Indar Parawansa mengemukakan, seseorang tidak perlu menakar ke-NU-an orang lain.

Baca Juga


"Jadi menurut saya enggak usah kita menakar ke-NU-an seseorang," katanya saat ditemui di acara Hari Lahir (Harlah) ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (20/1/2023).

Menurut Khofifah, sesuatu yang terkait ideologi kehidupan keagamaan adalah urusan pribadi seseorang. "Sesuatu yang terkait ideologi kehidupan keagamaan itu masing-masing. Jadi ya saling menghormati saja," katanya.

Ketika ditanya soal politisasi acara ini, Khofifah juga menjelaskan acara ini tidak akan jauh dikaitkan dengan politisasi dan dirinya sulit untuk menutup keterkaitan tersebut.

"Ya kalau orang mau menduga, siapa yang bisa menutup dugaan-dugaan itu, apa yang ada di dalam prosesi ini, apa ada simbol-simbol apa, ada logo-logo atau ada apa yang patut diduga?," katanya.

"Saya rasa tidak ada sesuatu yang patut dicurigai, kecuali yang memang hatinya curiga, " katanya.

Sebelumnya, Khofifah Indar Parawansa akan nonaktif dari kepengurusan organisasi tersebut. "Nanti malam saya akan menyampaikan surat kepada PBNU untuk nonaktif," katanya.

Khofifah menjelaskan alasan dirinya ​​​​​​nonaktif karena masuk Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran. "Besok Insyaallah baru masuk TKN," katanya.

Ketika ditanya soal imbauan kepada warga NU untuk memilih pasangan Prabowo-Gibran, dirinya menegaskan tidak ada imbauan kepada warga NU.

"Kalau imbauan enggaklah karena organisasi itu kan gak punya hak pilih, yang punya hak pilih warganya," katanya.

Gus Yahya di Harlah Muslimat NU

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf mengatakan para muassis NU telah menyadari tentang peran perempuan yang sangat penting untuk mewujudkan negara yang kuat. Sebab NU didirikan di antaranya selain cita-cita peradaban juga untuk membentuk negara yang kuat.

Para Muassis NU telah lama berpikir dan merancang kekuatan dari kalangan perempuan. Pasalnya perempuan adalah tiang negara dan salah satu kunci menjadikan negara yang kuat. 

"Maka demi kuatnya negara Indonesia, terangkatnya martabat, ibu-ibu Muslimat siap bergerak bersama," ujar Gus Yahya di acara Harlah Muslimat NU ke-78, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (20/1/2024).

Gus Yahya mengungkapkan para Muassis NU telah memberikan tempat yang setara terhadap perempuan. Seperti yang pernah diberikan kepada perintis Muslimat NU, Nyi Djuaesih. Dia diberikan panggung untuk tampil di tengah-tengah hegemoni kekuatan lelaki.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler