Kiai Madura: Menjadikan Carok sebagai Budaya Kesalahan Fatal

Sejarah carok di Madura memang belum dikatahui dengan pasti.

Republika/Putra M. Akbar
Senjata tajam untuk carok. (ilustrasi)
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejarah carok memang belum dikatahui dengan pasti. Namun, Carok selalu dikaitkan dengan Pulau Madura dan legenda Pak Sakera di zaman Belanda.

Kiai asal Madura, KH Nur Fauzi Palestin mengatakan, secara Islam jelas bahwa carok yang konotasinya pembunuhan manusia sudah ada sejak generasi awal keberadaan manusia itu sendiri, yakni Qabil dn Habil. Kedua putra Nabi Adam tersebut melakukan carok hingga menimbulkan korban.

“Untuk Madura, kapan mula-mula terjadi carok masih belum ketemu sumber yang otoritatif. Yang jelas, menjadikan carok sebagai bagian dari budaya merupakan kesalahan fatal,” ujar Kiai Fauzi saat dihubungi Republika.co.id, Senin (22/1/2024).

Menurut dia, carok bukanlah budaya masyarakat Madura. Carok hanyalah mindset yang salah yang tertanam dalam masyarakat umum.

“Dari mindset itu menjadikan carok sebagai penyelasaian dari persoalan yang tak terselesaikan. Padahal, justru akan malah berkepanjangan. Oleh karenanya, mari ubah mindset kita bahwa carok ini bukan budaya yang harus dilestarikan,” ucap Kiai Fauzi.

Dia mengatakan, kesalahan pola pikir tentang carok tersebut juga bertentangan dengan budaya orang-orang Madura yang dikenal sangat kental secara keagamaan.

“Dari kesalahan mindset itu menjadi pradoks dengan kultur Madura yang kental dengan keagamaanya. Ini menjadi PR buat para tokoh Madura,” kata Sekretaris MUI Jatim ini.

Carok telah lama menjadi efek terpahit peradaban manusia. Sudah pasti, negosiasi perdamaian begitu alot. Potensi balas dendam satu sama lain pun juga masih sangat mungkin terjadi. Karena itu, menurut Kiai Fauzi, carok sangat berbahaya dalam kehidupan masyarakat.

“Kalau sudah bunyinya carok sudah pasti perkelahiran menggunakan celurit dan senjata tajam lainnya. Risiko terendahnya ya luka-luka dan biasanya ada salah satu korban yang meninggal,” jelas Kiai Fauzi.

Namun, dia tidak sepakat jika dikatakan carok di Madura sekarang ini sudah menjadi tren. Sebab, kata dia, carok ini terjadi karena banyak faktor, bisa terjadi secara dadakan dan bisa terjadi karena memang sudah direncanakan. 

“Perlu ditegaskan juga bahwa carok ini sebenarnya banyak terjadi di daerah yang lain. Tidak hanya Madura. Hanya saja istilahnya berbeda.Tidak semua orang Madura ini pro dengan carok, walaupun watak asli orang Madura rata-rata pemberani,” kata Kiai Fauzi.

Baca Juga



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler