Bencana Hidrometeorologi di Surabaya Diprediksi Terjadi pada Januari Hingga Maret 2024

BBPB Surabaya mengoptimalkan 7 posko terpadu antisipasi bencana hidrometeorologi.

Antara/Didik Suhartono
Pengendara motor menerjang banjir di Surabaya (ilustrasi). Potensi bencana hidrometeorologi di Jawa Timur, terjadi pada Januari, Februari, hingga Maret 2024.
Rep: Dadang Kurnia Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro, telah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi. Peningkatan kewaspadaan dilakukan setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan potensi bencana hidrometeorologi di wilayah Jawa Timur, memasuki puncak musim penghujan.

Baca Juga


"Kami mohon warga tidak perlu khawatir, karena ini memang terjadi setiap tahun. Kalau kita persiapkan dengan baik, maka akan menjadi hal yang tidak membahayakan," kata Hebi, Senin (22/1/2024).

Hebi menjelaskan, salah satu upaya yang dilakukan dalam mengantisipasi bencana hidrometeorologi adalah mengoptimalkan 18 pos pantau dan 7 posko terpadu. Selama 24 jam, petugas gabungan dari pemkot setempat akan berjaga di Posko Terpadu tersebut.

"Kami mengoptimalkan dengan 8 dinas atau perangkat daerah yang lain, di antaranya Satpol PP, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Perhubungan, DPKP (Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan) dan sebagainya," ujarnya.

Hebi menjelaskan, berdasarkan data dari BNPB, potensi bencana hidrometeorologi di Jawa Timur, terjadi pada Januari, Februari, hingga Maret 2024. Sementara puncaknya diperkirakan terjadi pada Februari 2024. Potensi bencana hidrometeorologi yang dimaksud seperti meluapnya air sungai, angin puting beliung, pohon tumbang, cuaca ekstrem, dan sebagainya.

Hebi pun meminta masyarakat tetap mewaspadai dampak dari potensi bencana hidrometeorologi. Dia mengimbau masyarakat agar tidak mandi di sungai, baik itu anak kecil maupun orang dewasa. "Karena arus sungai yang seperti kelihatan tenang, tapi justru di bawah arusnya kencang," ujarnya.

Selain itu, Hebi juga mengimbau para orang tua agar dapat mengawasi dan mencegah anak-anak bermain saat hujan. Terlebih bermain di dekat aliran sungai. Kepada pengendara motor dan mobil, Hebi berpesan agar dapat memastikan kendaraan yang digunakan dalam kondisi layak jalan. Jangan sampai, kondisi ban motor yang sudah tipis, justru dibiarkan dan tetap digunakan saat hujan.

"Kalau kondisi ban sudah tipis jadi licin, berbahaya kalau digunakan saat hujan. Selain itu kami juga imbau warga agar tidak berteduh di bawah pohon saat hujan," ucapnya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD Kota Surabaya, Buyung Hidayat, memaparkan lokasi 7 Posko Terpadu dan 18 Pos Pantau yang tersebar di Kota Pahlawan yakni Posko Terpadu Utara, lokasinya berada di Jl Kasuari No 1 Surabaya.

Kemudian, Posko Terpadu Selatan di JI Dukuh Menanggal No 1 (Kantor Dinas Perhubungan); Posko Terpadu Barat, di Kantor Kecamatan Tandes; Posko Terpadu Timur di Park n Ride Arif Rahman Hakim; Posko Terpadu Pusat di Jl Sumatera No 71 Surabaya (Kantor PMI); Posko Terpadu Dukuh Pakis di Park and Ride Mayjend Sungkono; dan Posko Terpadu Kedung Cowek di Kantor Kecamatan Kenjeran. Pemkot Surabaya juga mengoptimalkan keberadaan 18 pos pantau.

Ke-18 pos pantau yang dimaksud adalah Pos Pantau Sedap Malam, Pos Pantau Indrapura, Pos Pantau Tugu Pahlawan, Pos Pantau Genteng, Pos Pantau Tidar, Pos Pantau Bungkul, Pos Pantau Kebun Binatang Surabaya (KBS), Pos Pantau GOR Pancasila, Pos Pantau Wiyung dan Pos Pantau Bambu Runcing. Kemudian, Pos Pantau Taman Pelangi, Pos Gudang Menur, Pos Pantau RSIA di Jalan Kenjeran, Pos Pantau UKM MERR, Pos Pantai Panjang Jiwo, Pos Gudang Hitech Mall, Pos Pantau Taman Sejarah, dan Pos Mako Jemursari.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler