Tak Semua Dokter Paham Penyakit Kawasaki, Apa Daya Orang Tua dengan Anak Balita?
Penyakit Kawasaki yang umumnya menyerang balita termasuk penyakit langka.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua diserukan untuk mewaspadai penyakit langka bernama Kawasaki. Diagnosis penyakit ini cukup menantang karena tidak semua dokter mengenalinya.
"Saya katakan ini bukan penyakit sehari-hari ya, nggak semua dokter mungkin menyadari begitu," kata Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Najib Advani dalam diskusi mengenai Hari Kesadaran Kawasaki Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (31/1/2024).
Prof Najib mengatakan penyakit yang dikenal sebagai Kawasaki disease tersebut merupakan penyakit yang langka. Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab dari penyakit yang umumnya terjadi pada balita tersebut.
Jika tidak ditangani pada awal kemunculannya, lanjut Prof Najib, penyakit Kawasaki dapat mengakibatkan penderitaan berupa gangguan jantung pada anak yang bisa terjadi seumur hidupnya. Itu karena penyakit tersebut mengakibatkan pembuluh darah jantung (arteri koroner) menjadi tersumbat.
"Kalau koronernya tersumbat, maka otot-otot jantung akan rusak, sehingga darah tidak bisa beredar dengan baik," ujar Prof Najib yang juga anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu.
Prof Najib mengemukakan beberapa gejala umum dari penyakit Kawasaki, antara lain demam tinggi yang berlangsung sekitar empat sampai lima hari, kedua mata memerah tanpa adanya kotoran, bibir dan lidah yang merah seperti stroberi, dan ruam mirip campak di sekujur tubuh. Penderita Kawasaki juga dapat memiliki benjolan di leher yang diakibatkan oleh pembengkakan kelenjar getah bening.
"Kelainan jantung timbul setelah minggu kedua, di hari ketujuh. Hari kesepuluh mulai timbul kelainan jantung," jelas Prof Najib.
Untuk itu, Prof Najib menyebutkan penanganan kasus penyakit Kawasaki harus dilakukan sejak dini. Penderita mesti diberi perawatan sebelum hari ketujuh agar penanganan dapat dilakukan secara maksimal.
Prof Najib mengatakan, penderita perlu dirawat inap di rumah sakit selama setidaknya empat hari untuk mendapatkan berbagai jenis obat-obatan. Setelahnya, mereka perlu menjalani rawat jalan dengan pemeriksaan jantung secara rutin menggunakan alat elektrokardiogram (EKG).
"Entry point-nya tiga sebenarnya, demam, ruam, dan mata merah. Tiga saja, ingat itu, tiga dulu ya. Kalau sudah tiga itu, pikirkan kemungkinan Kawasaki. Nah, baru ke dokter yang biasa menangani Kawasaki," tuturnya.
Penyakit Kawasaki ditemukan pada 1967 di Jepang oleh dokter anak bernama Tomisaku Kawasaki. Hari Kesadaran Kawasaki Sedunia diperingati setiap tahunnya pada 26 Januari.