Meski Dikecam Sedunia, Israel Terus Bombardir Kota-Kota di Gaza

Korban jiwa terus berguguran hingga mencapai lebih dari 27 ribu orang.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Petugas Kementerian Kesehatan Palestina mempersiapkan jenazah untuk pemakaman massal di kamp Rafah, selatan Jalur Gaza, Selasa (30/1/2024).
Rep: Lintar Satria Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pejabat kesehatan Gaza mengatakan serangan udara Israel membunuh 18 warga Palestina di Rafah dan Deir Al-Balah. Sementara warga kantong pemukiman Palestina itu khawatir Israel akan memperluas serangan ke daerah kecil yang tersisa, tempat warga mencari perlindungan.

Rafah terletak di selatan Gaza dekat perbatasan dengan Mesir di mana lebih setengah dari 2,3 juta warga Gaza mengungsi. Serangan Israel ke Gaza sudah hampir berlangsung empat bulan.

Pejabat kesehatan Gaza mengatakan serangan udara Israel ke sebuah rumah di Rafah menewaskan 14 orang termasuk perempuan dan anak-anak. Militer Israel belum mengkonfirmasi mengenai serangan tersebut.

"Bertolak belakang dengan niat serangan Hamas ke pria, perempuan dan anak-anak Israel, IDF mengikuti hukum internasional dan mengambil tindak pencegahan yang memungkinkan untuk memitigasi menyakiti warga sipil," kata juru bicara militer Israel dalam pernyataannya, Ahad (4/2/2024).

Setelah dibombardir selama berbulan-bulan oleh Israel sebagian besar wilayah Gaza hancur. Konflik ini juga meluas ke seluruh wilayah Timur Tengah. Pada Jumat (2/2/2024) lalu Amerika Serikat (AS) menggelar serangan ke target yang memiliki koneksi dengan Garda Revolusi Iran di Irak dan Suriah sebagai balasan serangan drone di Yordania yang menewaskan tiga tentara AS pekan lalu.

Pihak berwenang kesehatan Gaza mengatakan sudah 27 ribu orang Palestina tewas dalam serangan Israel. Kementerian tidak membedakan korban jiwa dari kombatan dan warga sipil.

Pada Sabtu (3/2/2023) kemarin kementerian mengatakan dalam 24 jam terakhir terdapat 107 warga Palestina tewas dalam serangan Israel. Namun dikhawatirkan masih ribuan orang yang tertimbun dan terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat bom Israel.

Israel bersumpah untuk memusnahkan Hamas dan memulangkan sandera yang diculik kelompok itu dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu.

Beberapa hari terakhir puluhan ribu orang tiba Rafah bersama barang dan anak-anak mereka setelah pasukan Israel melancarkan serangan terbesar untuk merebut Khan Younis pekan lalu. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kini pasukan Israel akan menekan Rafah.

"Tempat itu berubah menjadi gelap, saya tidak bisa melihat apa yang ada di depan saya. Semuanya debu dan kotoran. Saya meraba sekeliling saya, saya mencari ponsel saya untuk menggunakan senter untuk mencari anak-anak saya, di mana mereka? Saya menemukan mereka di bawah reruntuhan," kata Ahmed Bassam Al-Jamal yang putranya terbunuh di Rafah.

"Saya berteriak minta tolong dan orang-orang berdatangan. Saya mengeluarkan Yamen, yang pertama, dia satu-satunya yang bisa saya lihat, yang lainnya masih di bawah reruntuhan. Mereka mengeluarkan Yamen, Eileen dan Sila dan mereka mengeluarkan ibu mereka (semua masih hidup).

"Kami tidak dapat menemukan Bassam, kami mencarinya, tetapi dia terkubur, kami tidak dapat menyelamatkan mereka, saya bersumpah kami tidak bisa," kata Jamal, saat dia mengucapkan selamat tinggal kepada putranya yang meninggal di rumah sakit.

Di Khan Younis, penduduk mengatakan tentara meledakkan sebuah distrik pemukiman di dekat pusat kota. Di kota terdekat, Deir Al-Balah, konsentrasi utama kedua para pengungsi, petugas medis mengatakan empat orang tewas dalam sebuah serangan udara ke sebuah rumah.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler