Tidak Hanya Otomatiskan Pekerjaan, Kecerdasan Buatan Juga akan Gantikan Peran Manajer

AI memiliki peran yang lebih ambigu di pasar tenaga kerja daripada saat ini.

www.freepik.com
Kecerdasan buatan (ilustrasi). AI tidak hanya mengotomatiskan pekerjaan dan menggantikan pekerja manusia tetapi juga memainkan peran yang lebih rumit dalam angkatan kerja.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan buatan alias AI dapat memberikan peningkatan produktivitas yang besar bagi rata-rata pekerja, Selain itu, terdapat indikasi-indikasi bahwa AI tidak hanya mengotomatiskan pekerjaan dan menggantikan pekerja manusia tetapi juga memainkan peran yang lebih rumit dalam angkatan kerja. 

Baca Juga


Dilansir Business Insider, Selasa (6/2/2024), Fabian Stephany, yang mengajar tentang AI di Oxford Internet Institute, mengatakan bahwa AI memiliki peran yang lebih ambigu di pasar tenaga kerja daripada sekadar menyebabkan pekerjaan diotomatiskan dalam skala massal.

Stephany adalah salah satu pakar yang mengatakan kepada Business Insider bahwa AI dapat memengaruhi pekerjaan atasan sama seperti pekerjaan seseorang. Pasalnya, AI menjadikan keterampilan-keterampilan, bukan skala, sebagai tolok ukur yang digunakan oleh para pemimpin di tempat kerja untuk dinilai penting.

AI, Stephany menambahkan, memengaruhi tempat kerja pada tingkat tugas dan keterampilan. “Ini bertujuan untuk menambah dan mengotomatiskan hal-hal tertentu,” tambah dia.

Ravin Jesuthasan, pemimpin global untuk layanan transformasi di perusahaan konsultan raksasa Mercer, mengatakan perubahan-perubahan yang dibawa oleh AI sejalan dengan perubahan-perubahan yang sedang berlangsung dalam cara perusahaan-perusahaan mendekati kepemimpinan.

“Perusahaan-perusahaan sudah mulai menulis ulang aturan kepemimpinan, menulis ulang aturan manajemen, dan memberikan penghargaan kepada para manajer untuk hal-hal yang berbeda,” kata Jesuthasan kepada Business Insider.

Senioritas pekerja mencerminkan ukuran....

 

Secara historis, senioritas seorang pekerja mencerminkan ukuran tim dan anggarannya. Dengan hadirnya AI, hal ini tidak akan terlalu mencerminkan gaji dan anggaran, namun perusahaan akan berkata, 

"Saya akan memberikan imbalan atas dampak yang Anda berikan terhadap perusahaan," kata Jesuthasan.

Jika AI merestrukturisasi beban-beban kerja manusia dan menjadikan pekerja individu lebih produktif, kepala teknologi global EY Nicola Morini Bianzino mengatakan kepada Business Insider, metrik seperti jumlah laporan-laporan langsung atau besaran anggaran mungkin tidak lagi menjadi ukuran kepemimpinan yang memadai.

“Pada dasarnya Anda perlu membalikkan cara Anda memandang disiplin manajemen secara umum,” ujar Bianzino.

“Ini bukan tentang melakukan sesuatu yang saya lakukan kemarin dengan lebih efisien. Ini tentang melakukan sesuatu yang benar-benar berbeda,” tambahnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler