Mengapa Rezeki dalam Surat Fatir Ayat Dua Disebut dengan Rahmat Allah SWT?
Rezeki adalah salah satu rahasia Allah SWT
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tidak ada makhluk meski makhluk itu sangat kuat yang mampu menahan rezeki dari Allah SWT.
Juga tidak ada makhluk meski makhluk itu sangat kuat yang mampu mengambil rezeki yang ditahan Allah SWT . Sebab Allah Mahaperkasa dan Mahabijaksana dalam segala hal termasuk dalam menetapkan rezeki.
Prof KH Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menyatakan penjelasan Prof KH Quraish Shihab tersebut dimaksudkan untuk menafsirkan Surat Fatir ayat 2. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
مَا يَفْتَحِ اللّٰهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهٗ مِنْ بَعْدِهٖ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
“Apa saja yang Allah SWT anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, tidak ada yang dapat menahannya. (Demikian pula) apa saja yang ditahan-Nya, tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS Fatir ayat 2)
Prof KH Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menerangkan, setelah ayat sebelumnya menjelaskan qodrat dan kuasa-Nya serta kewajaran-Nya memperoleh pujian. Maka dalam ayat ini disinggung sedikit tentang kuasa-Nya itu dengan menyatakan bahwa:
Apa saja yang Allah SWT anugerahkan kepada manusia berupa rahmat apapun bentuknya, baik berupa hujan, karunia, ketentraman atau hikmah dan lain-lain, maka tidak ada satu makhluk pun betapapun kuatnya yang dapat menahannya.
Apa saja yang ditahan Allah SWT maka tidak satu makhluk pun yang sanggup melepaskannya sesudah penahanannya itu.
Dialah saja tidak ada selain-Nya Yang Mahaperkasa sehingga tidak ada yang mampu membatalkan ketetapan-Nya, (dan Allah) Maha Bijaksana dalam segala hal termasuk dalam menganugerahkan atau menahan rahmat-Nya.
Kata rahmat yang dimaksud ayat ini adalah rezeki yang Allah SWT curahkan. Penggunaan kata tersebut untuk mengisyaratkan bahwa limpahan rezeki itu, semata-mata adalah berkat rahmat Allah SWT Yang Mahakuasa itu, tidak memiliki sedikit kepentingan atau manfaat dari anugerah-Nya itu. Sejalan dengan ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗ ٓاِلَّا هُوَ ۚوَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۗوَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Jika Allah menimpakan suatu mudarat kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikannya (kebaikan itu) kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dialah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang. (QS Yunus ayat 107)
Baca juga: 5 Kunci Agar Rezeki yang Diperoleh Berkah di Dunia Menurut Alquran dan Hadits
Dalam sebuah hadis disebutkan sebagai be/rikut, dari al-Mugirah bin Syu‘bah berkata bahwa mendengar Rasulullah SAW jika selesai sholat mengucapkan:
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir. Allahumma laa maani’a limaa a’thoyta wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu
"Tiada tuhan melainkan Allah. Dia Esa tiada ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dia kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah Tuhanku, tidak ada seorang pencegah pun terhadap sesuatu yang Engkau berikan dan tak ada seorang pemberi terhadap sesuatu yang Engkau cegah, tidak bermanfaat kejayaan seseorang dalam menghadapi siksaan Engkau.” (HR Bukhari Muslim, dan Ahmad)