Gibran Akui akan Tonton Dirty Vote
Gibran mengatakan, jika ada kecurangan, silakan dibuktikan dan dilaporkan.
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka mengaku akan segera menonton film Dirty Vote. Hal tersebut diungkapkan oleh Gibran ketika meninjau progres pembangunan taman Balaikambang, Selasa (13/2/2024).
“Belum, nanti ya. (Ada rencana) ya nanti. Nonton di mana tho? Saya malah nggak tahu. Yaudah oke oke,” katanya (13/2/2024).
Ditanya apakah ada pembahasan dengan TKN terkait film tersebut, Gibran mengaku secara pribadi tak pernah membahas hal tersebut. Ia mengatakan dirinya fokus bekerja sebagai Wali Kota Solo lantaran telah lama cuti karena kampanye sebagai cawapres selama ini.
"Saya sendiri nggak pernah membahas, kita fokus ke kegiatan sehari-hari saja, saya kan dah lama cuti kan harus mengejar pekerjaan-pekerjaan," katanya.
Di sisi lain, Gibran mengatakan selama dirinya cuti tidak ada pekerjaannya sebagai wali kota Solo yang tertunda. Baik secara administratif dan lainnya.
"Untungnya, nggak ada yang pending. Tapi sudah selesai semua administrasi surat-surat. Surat penting juga langsung dikirim ke saya entah saya di Jakarta, Labuan Bajo suratnya dikirim ke saya jadi nggak ada yang telat-telat," katanya mengakhiri.
Sebelumnya, Gibran mengaku belum menonton. "Belum ya, saya belum nonton. Makasih ya, untuk masukannya," katanya, Senin (12/2/2024).
Disinggung soal adanya dugaan mengarah kecurangan Paslon 02, Gibran hanya memberikan respon santai. Ia mengatakan jika ada kecurangan silahkan dibuktikan dan dilaporkan.
"Kalau ada kecurangan silahkan nanti dibuktikan dilaporkan njeh," katanya.
Ditanya apakah film tersebut merugikan pihaknya, Gibran mengaku biasa saja. "Saya belum nonton, biasa aja," katanya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman, menyebut sebagian besar narasi yang ada pada film 'Dirty Vote' bernada fitnah dan kebencian yang sangat asumtif dan tidak ilmiah. Dia mempertanyakan kapasitas para tokoh yang terlibat dalam film tersebut dan menilai ada upaya mendegradasi pemilu lewat film itu.
"Di negara demokrasi semua orang memang bebas menyampaikan pendapat. Namun perlu kami sampaikan sebagian besar yang disampaikan dalam film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif dan sangat tidak ilmiah," ucap Habiburokhman dalam konferensi pers di Media Center TKN, Jakarta, Ahad (11/2/2024).