Siasat Firaun Susun Pembunuhan Berencana terhadap Setiap Bayi Laki-Laki
Firaun sangat mengkhawatirkan kekuasaannya akan hilang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bani Israil di era Mesir kuno memiliki seorang raja bernama Firaun yang terkenal dengan kezalimannya. Di antara orang-orang Bani Israil ini, ada yang mendapat kabar bahwa Allah SWT akan mengutus dari keturunan Ibrahim seorang nabi yang akan menyaksikan kehancuran kerajaan Firaun.
Kabar tersebut pun sampai ke Firaun. Setelah itu, dia memutuskan untuk memerintahkan pembunuhan terhadap setiap bayi laki-laki yang lahir dari keturunan Ibrahim.
Terdapat riwayat lain yang menyebutkan ihwal awal mula mengapa Firaun melakukan pembunuhan berencana terhadap setiap bayi laki-laki. Dalam riwayat ini, disebutkan bahwa siasat tersebut dilakukan setelah Firaun bermimpi melihat sesuatu yang sangat menakutkan dan membuatnya merasa takut.
Dalam mimpi itu, Firaun melihat api yang sangat besar datang kepadanya dari arah Yerusalem hingga sampai ke Mesir. Api ini mengepung banyak rumah tetapi meninggalkan dan tidak memberikan bahaya apapun kepada kalangan Bani Israil.
Atas dasar alasan-alasan tersebut, Firaun kemudian memenggal setiap bayi laki-laki yang lahir di wilayah kerajaannya. Dia khawatir setiap bayi yang lahir kelak menjadi seorang nabi yang akan menduduki jabatannya dan memerintah untuk menyembah tuhan yang lain, setelah Firaun mengaku sebagai tuhan.
Meski demikian, lahirlah Musa yang kelak akan menjadi nabi. Saat masih bayi, Nabi Musa dimasukkan ke dalam peti kecil dan dihanyutkan oleh ibunya dari tepi laut yang berada di depan rumahnya, di tepi Al Yam.
Lihat halaman berikutnya >>>
Hal itu diabadikan dalam Alquran, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
"Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul." (QS. Al Qasas ayat 7)
Peti yang berisi Nabi Musa yang masih bayi itu diikat dengan tali, untuk menyembunyikannya dari pandangan para pembantu dan pasukan Firaun. Namun tali itu terputus dan ombak mendorongnya ke sisi istana Firaun.
Peti tersebut dilihat oleh istri Firaun, Asia binti Muzahim. Dan diambilnya peti tersebut yang ternyata terdapat bayi laki-laki di dalamnya. Lalu dia meminta kepada Firaun agar bisa merawat bayi tersebut.
Ulama Al-Azhar Kairo Mesir, Dr Muhammad Atta Al Azhari, menjelaskan, Firaun khawatir akan datangnya pemimpin di masa mendatang, sehingga dia memerintahkan para penyihir di masanya untuk mencari dan menemukan bayi yang kelak akan menjadi pemimpin itu.
Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ اَنْفُسُكُمْ اَمْرًاۗ فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ ۗعَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّأْتِيَنِيْ بِهِمْ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
"Dia (Yakub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dialah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”
Atta menambahkan, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu hari seorang pemuda menafsirkan sebuah mimpi Firaun bahwa seorang pemuda dari Bani Israil akan datang dan merebut kekuasaan darinya, merusak, melenyapkan serta mengakhiri hidup Firaun. Tentu mendengar ini membuat Firaun seolah tersambar petir.
Berdasarkan riwayat lain, dikatakan bahwa ketika seorang wanita melahirkan anak laki-laki, maka Firaun memenggalnya karena takut tahta dan kerajaannya terenggut.
Terlepas dari hal tersebut, Syekh Ahmad Al Fayumi, salah satu ulama Al-Azhar Kairo Mesir, menjelaskan, riwayat yang bersumber dari Bani Israil dibagi oleh para ulama ke dalam tiga kategori.
Bagian pertama adalah riwayat yang selaras dengan Alquran dan ini benar adanya. Bagian kedua adalah riwayat yang bertentangan dengan Alquran dan Hadits, sehingga tidak boleh dijadikan sebagai acuan.
Adapun bagian ketiga, adalah yang tidak ada dalam Alquran dan tidak pula dalam hadits. Dengan demikian, seorang Muslim tidak mengimaninya dan tidak pula mengingkarinya. Karena Nabi Muhammad SAW bersabda:
لا تصدقو أهل الكتاب ولا تكذبهم
"Janganlah kalian mempercayai ahlul kitab dan jangan pula mendustakannya." (HR. Bukhari)
Sementara itu, Atta Al-Azhari juga memaparkan bahwa Firaun merujuk pada salah satu raja Mesir. Firaun, sebagaimana tercantum dalam kitab-kitab sejarah Islam, adalah seseorang yang berasal dari bangsa Hyksos dan bukan orang Mesir. "Kata Firaun menunjukkan kesombongan dan dia adalah contoh kejahatan, kesombongan dan juga kerusakan," demikian penjelasan Atta Al-Azhari.