Exit Poll Ungkap Pemilih PKB dan Nasdem Terpecah, Sementara PKS Solid Coblos AMIN
Berdasarkan exit poll Mayoritas pemilih PKB dan Nasdem justru memilih Prabowo-Gibran.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Febrian Fachri
Gambaran hasil Pilpres 2024 sudah bisa didapat dari beberapa hasil hitung cepat (quick count) lembaga-lembaga survei dan juga hasil hitungan KPU lewat laman Sirekap. Pasangan Prabowo-Gibran unggul atas Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud dengan angka raihan suara di atas 50 persen sebagai syarat pilpres hanya berjalan satu putaran.
Ada fenomena menarik berdasarkan hasil exit poll lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan bahwa pasangan capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar tak mampu lebih banyak menarik suara dari pemilih berbasis Partai Keadilan Bangsa (PKB) yang mana partai tersebut mengusung pasangan nomor urut 1 itu. Padahal diketahui, PKB mampu meraih suara signifikan dari pemilu legislatif.
Survei menunjukkan bahwa mayoritas pemilih berbasis PKB justru lebih condong ke pasangan calon 2, Prabowo-Gibran dengan persentase suara sebesar 47 persen. Sedangkan Anies-Muhaimin meraih 37 persen suara dan pasangan calon 3, Ganjar-Mahfud hanya meraih 13 persen suara.
"Pada basis PKB, ternyata juga pasangan Anies-Muhaimin tidak mampu menarik lebih banyak, dan bahkan lebih banyak yang terbelah atau mengalir deras kepada pasangan Prabowo-Gibran," ucap Direktur Riset Indikator Politik Indonesia Muhammad Adam Kamil dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (14/2/2024).
Kondisi hampir sama terjadi pada pemilih berbasis Partai Nasdem yang mana partai tersebut mengusung Anies-Muhaimin. Hasil exit poll menunjukkan bahwa pemilih terbelah antara pasangan calon 01 dengan meraih suara sebesar 48 persen dan kepada pasangan calon 02 yang sebesar 39 persen.
"(Pemilih berbasis) Nasdem itu juga terbelah antara 01 dan 02, tapi 01 cenderung lebih dominan di basis yang memang pengusung," tutur dia.
Menurut Adam, pemilih berbasis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) justru menjadikan Anies-Muhaimin sebagai pilihan utama dengan meraih suara sebesar 71 persen. "PKS ini nampaknya menjadi faktor utama di kalangan basis 1. Sebesar 71 persen basis PKS itu mendukung pasangan Anies-Muhaimin," ujarnya.
Dari kubu pengusung paslon 02, pemilih dengan basis Partai Gerindra tercatat jauh lebih solid dengan memilih calon presiden dan wakil presiden yang diusung partainya, Prabowo-Gibran, dengan persentase suara 97 persen. Selanjutnya, pemilih berbasis dua partai dari Koalisi Indonesia Maju yang menjagokan Prabowo-Gibran, yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat, juga tercatat cenderung solid kepada pasangan nomor urut dua tersebut.
Selain itu, pemilih berbasis PDI Perjuangan solid mendukung pasangan Ganjar-Mahfud yang diusung oleh partai tersebut, dengan meraih suara tertinggi, yakni sebesar 63 persen.
"Dari sini memang kita bisa lihat bahwa basis dukungan partai itu punya efek positif terhadap basis dukungan calon, tapi ternyata tidak 100 persen juga. Ada juga yang terbelah-belah dan bahkan besar sekali, misalkan, seperti PKB lebih banyak yang kepada paslon 2 ketimbang paslon 1," tutur Adam.
Tingkat pendidikan
Masih merujuk pada hasil exit poll Indikator Politik Indonesia, mayoritas pemilih Anies-Muhaimin berasal dari kelompok pendidikan perguruan tinggi. "Basis pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar itu cenderung lebih tinggi pada kelompok yang makin terdidik, sedangkan pasangan Ganjar-Mahfud itu justru sebaliknya. Kelompok yang makin tidak terdidik maka basis Ganjar-Mahfud makin besar,” kata Adam.
Survei pemilih yang diukur berdasarkan kelompok pendidikan SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi, menunjukkan bahwa mayoritas pemilih Anies-Muhaimin berasal dari kelompok pendidikan perguruan tinggi sebesar 34 persen. Angka tersebut diikuti pemilih dari kelompok pendidikan SLTA sebesar 25 persen, kelompok SLTP sebesar 21 persen, dan kelompok SD sebesar 20 persen.
Sementara itu, pemilih pasangan Prabowo-Gibran adalah mayoritas pada setiap kelompok pendidikan. Pemilih dari kelompok pendidikan SLTP sebesar 61 persen, kelompok SD sebesar 56 persen, kelompok SLTA sebesar 55 persen, dan kelompok perguruan tinggi sebesar 51 persen.
Untuk pasangan Ganjar-Mahfud, mayoritas pemilih dari kelompok pendidikan SD sebesar 21 persen, kelompok pendidikan SLTP dan SLTA masing-masing sebesar 15 persen, dan kelompok perguruan tinggi sebesar 10 persen.
Survei exit poll Indikator Politik Indonesia dilakukan di 3.000 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di seluruh wilayah Indonesia dengan sampel yang dipilih secara acak. Data yang masuk sebanyak 2.857 responden atau berarti ada sekitar 94 persen data yang diterima.
Guru Besar Ilmu Politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, mengatakan pasangan capres-cawapres yang kalah akan kesulitan untuk memperkarakan hasil Pilpres 2024. Menurut Asrinaldi, jarak angka kemenangan pasangan Prabowo-Gibran dengan dua paslon lain, Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud cukup jauh.
"Kalau keputusan hasil rekapitulasi KPU sudah keluar, biasanya tidak jauh berbeda dengan quick count. Karena kita tahu quick count itu menggunakan metode yang sangat ketat," kata Asrinaldi, Kamis (15/2/2024).
Asrinaldi menambahkan isu kecurangan yang belakangan sering digaungkan paslon Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud adalah seperti politisasi bantuan sosial (bansos), polisi kepala desa, politisasi Program Keluarga Harapan hingga Bantuan Langsung Tunai (BLT) tidak akan cukup kuat untuk bisa dijadikan bukti.
"Sulit membuktikan apa yang dilakukan pemerintah merupakan politisasi. Oh ada orang di balik pengucuran bansos, BLT, PKH, bagaimana memunculkannya, karena itu merupakan program pemerintah," ujar Asrinaldi.
Khusus Ganjar-Mahfud, Asrinaldi menyayangkan suara mereka tidak selaras dengan pilihan partai di mana PDIP masih tampil sebagai pemenang pemilu legislatif. Fakta ini, kata dia, bukti bahwa kesukaan orang terhadap partai tidak berarti juga akan ikut memilih paslon yang ditetapkan partai.
Asrinaldi menduga banyak pemilih PDIP memilih paslon lain terutama Prabowo-Gibran. Karena, pasangan nomor urut dua itu didukung oleh Presiden Joko Widodo yang masih menjadi kader PDIP.
Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, mengatakan semua pasangan capres dan cawapres sejak awal maju harus siap menang dan siap kalah. Sekarang, setelah pemilu selesai dan hasil quick count keluar, menurut Ujang sudah saatnya paslon yang kalah menerima dengan lapang dada.
"Calon pemimpin negara harus legowo siap menang siap kalah. Mereka harus paham konsep berdemokrasi," kata Ujang, Kamis (15/2/2024).
Ujang juga mengingatkan kubu yang menang yakni Prabowo-Gibran juga tidak boleh jumawa dengan hasil quick count. Kubu paslon 02, menurut Ujang harus tetap kalem dan mengajak semua pendukungnya menantikan hasil rekapitulasi di KPU.
"Yang menang jangan adiguna yang kalah jangan menyesali kekalahan itu. Ini adalah pilihan rakyat Indonesia yang harus dihormati, jaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pemilu ini biayanya besar jangan sampai dilukai dengan hal-hal tak perlu seperti konflik, ketegangan," ucap Ujang.
Kemarin, Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, pihaknya berencana menjalin komunikasi dengan tim pemenangan pasangan Anies-Muhaimin terkait pembentukan tim khusus yang fokus mengumpulkan berbagai dugaan kecurangan dalam Pilpres 2024.
"Kami berkomunikasi dengan tim 01 (untuk membentuk tim khusus)," ujar Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Rabu (14/2/2024).
Menurut dia, tim pemenangan Anies-Muhaimin memiliki rencana, sehingga mereka akan melakukannya di jalan masing-masing. Kendati demikian, Hasto mengaku pihaknya terbuka terhadap para tokoh yang terpanggil hati nuraninya untuk bergabung.
"Sehingga dalam proses, misalnya sidang di MK, ini akan menjadi bukti-bukti yang berbeda di mata hukum," katanya.