Terus Kobarkan Perang di Gaza, Ekonomi Israel Memburuk

Perang di Gaza menyebabkan belanja, travel, dan investasi turun drastis.

AP Photo/Tsafrir Abayov
Tentara Israel mengendari tank dekat perbatasan Gaza yang berlokasi di selatan Israel, Senin (19/2/2024).
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perang yang terus dikobarkan di Gaza, Palestina menghentikan pertumbuhan ekonomi Israel. Terutama terkait pemangggilan masif pasukan cadangan, puluhan ribu pengungsi di kota-kota perbatasan dekat Gaza. 

Baca Juga


Juga faktor Lebanon yaitu serangan konstan roket-roket yang ditembakkan Hamas dan Hizbullah. Perang ini bermula pada 7 Oktober 2023 yang tetap dikobarkan hingga sekarang. Israel menolak seruan internasional  untuk segera melakukan gencatan senjata permanen. 

Hingga kini jumlah korban akibat operasi militer Israel sebanyak 29 ribu warga sipil Gaza. Perang ini membuat terpangkas secara tajam belanja, traveling, dan investasi Israel pada akhir 2023. Dengan demikian, perang yang masih saja dipertahnakan menjadi beban berat ekonomi. 

Produk domestik bruto (PDB), parameter kesehatan ekonomi sebuah negara, pada kuartal keempat 2023 anjlok hingga 19,4 persen secara tahunan. ‘’Ini akibat langsung konflik yang bermula 7 Oktober 2023,’’ kata Pusat Biro Statistik (CBS) Israel, seperti dilansir BBC, kemarin. 

Konflik 7 Oktober mengacu pada serangan Hamas terhadap Israel kemudian Israel membalasnya dengan operasi militer yang berlangsung hingga saat ini. Israel termasuk sekutu dekatnya, AS menolak mentah-mentah desakan gencatan senjata permanen. 

PDB yang diungkapkan CBS Israel pada Senin (19/2/2024) waktu setempat lebih tinggi dibandingkan perkiraan survei analis Bloomberg sebelumnya yang menyatakan secara tahunan PDB mereka akan turun hanya 10,5 persen. 

CBS menyatakan, perang di Gaza menyebabkan belanja, travel, dan investasi turun drastis pada akhir tahun 2023. Belanja swasta turun 26,3 persen, ekspor pun jatuh hingga 18,3 persen, serta 67,8 persen di investasi pada aset tetap, khususnya bangunan perumahan penduduk. 

Sektor konstruksi juga terhenti akibat kurangnya tenaga kerja, ini terkait dengan panggilan masif untuk pasukan cadangan guna melawan Hamas serta berkurang drastisnya pekerja-pekerja asal Palestina. Israel berencana mendatangkan pekerja dari negara lain. 

Di sisi lain, belanja pemerintah terutama pada biaya perang dan kompensasi bisnis dan rumah tangga melonjak tinggi hingga 88,1 persen. Meski PDB antara Oktober dan Desember turun tama, pertumbuhan ekonomi setahun penuh mencapai 2 persen. 

 

Namun, sebelum perang 7 Oktober, sebenarnya diharapkan pertumbuhan bisa menembus angka 3,5 persen. Padahal pada 2022, mencapai 6,5 persen. Oktober 2023, dinyatakan CBS Israel sebagai bulan paling berat. 

Saat terjadi serangan yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan ratusan lainnya disandera Hamas. Kala itu, warga tak punya mood berbelanja, bioskop dan wahana hiburan lainnya sebagian besar memilih tutup. Meski saat ini mereka kembali beroperasi. 

Liam Peach, ekonom di  Capital Economics, kontraksi ekonomi Israel lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya. Ia juga mempertimbangkan masih terusnya serangan dari Hamas serta perang yang masih belum ketahuan kapan berakhirnya.

’’Outlook pertumbuhan ekonomi Israel untuk 2024, kemungkinan akan menjadi paling buruk dalam catatan mereka,’’ ujar Peach. Adanya kemungkinan kian lamanya perang dan meluas ke fron lain, pertumbuhan ekonomi pada 2024 diperkirakan hanya dua persen. 

 

Bank sentral Israel dan pihak lainnya berharap terjadi pemulihan ekonomi secara tajam pada 2025. Dengan pertimbangan fondasi ekonomi yang cukup kuat terutama melalui sektor teknologi tinggi yang tak terpengaruh oleh konflik-konflik sebelumnya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler