Peneliti BRIN Sebut Fenomena Ekstrem di Rancaekek Sebagai Tornado Pertama di Indonesia
Menurut Erma, tornado di Rancaekek itu tercatat sebagai tornado pertama di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menyebut angin kencang yang terjadi di Rancaekek, Jawa Barat, tercatat sebagai kejadian ekstrem tornado pertama. Erma mengungkapkan, kriteria berdasarkan bukti-bukti yang ada sejauh ini menunjukkan itu merupakan fenomena tornado, bukan angin puting beliung biasa.
“Kriterianya masuk, kecepatan angin, radius putar, dampak, dan skala. karena kalau di meteorologi kita bicara soal skala,” ucap Erma kepada Republika, Kamis (22/2/2024).
Lewat akun X-nya, Erma menyampaaikan, kronologi foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan fenomena ekstrem tersebut. Menurut Erma, tornado di Rancaekek itu tercatat sebagai tornado pertama di Indonesia.
“Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yang tercatat sebagai tornado pertama ini,” terang dia.
Dia juga menuliskan, efek tornado berbeda dengan puting beliung. Di mana, tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado, kata dia, minimal memiliki kecepatan angin mencapai 70 km/jam. Dalam kajian BRIN, angin puting beliung terkuat 56 km/jam. Terkait angin kencang di Rancaekek, dia belum memberikan skala yang terjadi.
“Selain itu juga durasi. Dalam kasus puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia, hanya sekitar 5-10 menit itu pun sudah sangat lama. Hanya ada satu kasus yang tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021,” kata dia.
Pagi ini, Erma kembali mengunggah tulisan disertai foto yang membandingkan tornado di Ahrens, Amerika Serikat, pada 2004 dengan kejadian di Rancaekek, kemarin. Dalam unggahannya itu dia menuliskan, struktur tornado Rancaekek jika dibandingkan tornado yang biasa terjadi di Amerika Serikit memiliki kemiripan 99,99 persen.
“Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99 persen alias mirip bingits!” tulis dia.
Berdasarkan laporan terakhir, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang menyebutkan angin kencang mengakibatkan atap rumah warga terbawa angin. "Sebanyak 10 rumah mengalami kerusakan saat angin kencang terjadi. Di samping itu, peristiwa yang bersamaan dengan adanya hujan lebat ini membuat sejumlah pohon tumbang. Kendaraan dan rumah warga tertimpa pohon yang roboh," ucap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Rabu (21/2/2024).
Selain kerusakan, fenomena cuaca ekstrem ini menyebabkan dua warga luka-luka. Mereka berasal dari Kampung Situbuntu, Desa Mangunraga, Kecamatan Cimanggung, mengalami luka-luka. Data sementara mencatat 19 KK atau 48 jiwa terdampak kejadian tersebut.
"BPBD Kabupaten Sumedang menyebutkan angin kencang terjadi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cimanggung dan Jatinangor," kata Abdul.
Selain di Sumedang, kejadian sama juga dirasakan masyarakat di tiga kecamatan di Kabupaten Bandung, yaitu Kecamatan Rancaekek, Cicalengka dan Cileunyi. Hingga kini belum ada laporan dampak dari BPBD setempat.
Pascabencana angin kencang, BPBD di dua wilayah tersebut melakukan upaya-upaya penanganan darurat dan memastikan keselamatan warga. Personel BPBD juga telah berkoordinasi dengan aparat kecamatan dan desa terdampak.
Dalam menghadapi cuaca ekstrem berupa angin kencang dan hujan lebat, warga diimbau untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dan mitigasi. Warga dapat melakukan pengecekan struktur atap bangunan untuk memastikan kondisi kokoh.
"Di sisi lain, warga dapat melakukan pemotongan ranting-ranting pohon di sekitar rumah," jelas dia.