Cerita Warga Tangerang Lebih Semangat Pilah Sampah karena Menghasilkan Uang
Warga bisa menghasilkan uang dari sampah-sampah yang dipilah di rumah.
REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Keberadaan bank sampah yang diinisiasi PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) di Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten, disambut antusias oleh masyarakat, termasuk Zaronah (50 tahun). Perempuan yang juga mitra usaha kecil dan mikro Amartha mengaku menjadi lebih bersemangat untuk memilah sampah dari rumah. Pasalnya, kata dia, sampah plastik hingga dus yang biasanya hanya dibuang ke tempat sampah, kini bisa ditukarkan menjadi uang.
“Seneng bangetlah, apalagi saya memang selalui stok air botol plastik buat para tamu. Jadi sampah botol plastik di rumah saya selalu banyak. Dan sekarang bisa saya salurkan ke sini, dan dapat tambahan uang,” kata Zaronah saat diwawancarai Republika di Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Jumat (23/2/2024).
Pada kesempatan kali ini, Zaronah membawa sekitar 1,5 kilogram sampah botol plastik ke bank sampah. Setelah ditimbang, hasilnya dicatat di buku tabungan, adapun uangnya dapat dicairkan dalam periode waktu tertentu. "Katanya bisa dicairkan nanti pas menjelang bulan puasa. Sekarang ditabungin aja dulu, biar terasa banyak uangnya," kata Zaronah.
Sebelum ada bank sampah, Zaronah mengaku hanya mengandalkan tukang rongsok dan para petugas kebersihan di area rumahnya untuk mengangkut sampah rumah tangga. Namun kini, ia dan keluarga menjadi lebih tertib untuk memilah sampah, untuk kemudian ditukarkan ke bank sampah.
“Sekarang saya di rumah udah punya tiga wadah sampah, buah botol plastik, sampah bekas makanan, gitu-gitu, pokoknya sampah itu dipisah deh, biar entar gampang ditukar ke bank sampahnya,” kata Zaronah.
Apa yang dilakukan Zaronah dan para ibu di kawasan Teluknaga menjadi aksi nyata dalam mengatasi masalah sampah di Kabupaten Tangerang. Mengingat, Kabupaten Tangerang menghasilkan sampah lebih dari 841,49 ribu ton per tahun dan lebih dari 40 persen dari sampah tersebut adalah sampah sisa makanan. Secara umum, hanya 64 persen sampah yang terkelola, dan sisanya terpapar di lingkungan.
Penyumbang komposisi sampah terbesar adaah dari rumah tangga. Salah satu penyebab banjir adalah sampah yang dibuang sembarangan. Rata-rata setiap orang menghasilkan sampah antara 0,5 hingga 1 kilogram sampah per hari, 15-17 persen diantaranya adalah sampah plastik.
Head of Sustainability and Impact Amartha, Katrina Inandia, menjelaskan bahwa Amartha telah menjalankan program daur ulang sampah, waste management, di kantor pusat sejak 2022. Selama 2023, Amartha telah mengumpulkan 10.027 kilogram sampah yang telah dipilah dan sebanyak 6.803 kilogram sampah telah berhasil didaur ulang. Perjalanan ini merupakan bagian dari misi keberlanjutan Amartha yang dituangkan ke dalam pilar Amartha Lestari dimana salah satu programnya ialah waste management.
“Waste management tidak hanya bisa dilakukan oleh korporasi seperti Amartha, namun juga bisa dilakukan oleh setiap individu. Oleh karenanya diperlukan sinergi berkelanjutan, antara perusahaan dan masyarakat sebagai upaya kolektif melestarikan lingkungan,” kata Katrina.
Pada 2024, Kantor Pusat Amartha menargetkan 50 persen sampah sudah di daur ulang. Misi keberlanjutan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat akar rumput di dalam ekosistem Amartha tetapi juga mendorong keberlanjutan bisnis itu sendiri.
Sementara itu, menurut Katrina, program bank sampah ini menjadi strategi bisnis berkelanjutan Amartha guna mensinergikan antara operasional bisnis pembiayaan produktif sektor mikro dengan upaya pelestarian lingkungan. Amartha memastikan program berkelanjutan yang fokus pada pelestarian lingkungan dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat akar rumput.
Di provinsi Banten, Amartha telah menyalurkan lebih dari 17 miliar rupiah modal kerja kepada lebih dari 70 ribu usaha kecil-mikro yang tersebar di 83 kecamatan. Usaha kecil dan mikro merupakan segmen yang memiliki resiliensi tinggi, hal ini terbukti dari hasil penelitian Amartha yang tertuang pada Sustainability Report 2022.
“Mitra bisnis Amartha yang umumnya didominasi perempuan mengalami peningkatan pendapatan secara progresif di setiap tahunnya, semenjak bergabung. Yaitu meningkat 10.5 persen di 2020, 37.76 persen di tahun 2021, dan 69.6 persen di 2022. Bahkan sebanyak 40 ribu mitra Amartha berhasil naik kelas, dari level ultra mikro ke level mikro,” jelas dia.
Menurut Katrina, fakta resiliensi tersebut menjadi dasar bagi Amartha untuk terus melibatkan peran serta segmen akar rumput agar menjadi lebih sejahtera dengan peningkatan wawasan dan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah dari pengolahan sampah plastik domestik.