Bank Mega Syariah Targetkan IPO di 2026

BMS masih fokus memperbesar skala bisnis manfaatkan ekosistem dan nasabah korporasi.

Republika/Tahta Aidilla
Direktur Utama Bank Mega Syariah (BMS) Yuwono Waluyo (kedua kiri) melepas balon ke udara bersama jajaran direksi BMS saat acara puncak perayaan milad ke-19 BMS yang diadakan di sela antusiasme masyarakat yang tengah memadati Car Free Day (CFD) di area Sarinah, Jln M.H Thamrin, Jakarta, Ahad (27/8/2023).Bank Mega Syariah (BMS) mengadakan Gerak Bersama Mega Syariah yang dimulai dengan kegiatan Fun Walk bersama jajaran manajemen, pegawai dan nasabah BMS di Anjungan Sarinah, Jalan M.H Thamrin Jakarta. BMS juga memanfaatkan kegiatan sebagai ajang sosialisasi produk dan layanan unggulannya seperti aplikasi mobile banking M-Syariah dan produk kartu pembiayaan Syariah Card.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bank Mega Syariah (BMS) Yuwono Waluyo mengungkapkan, perseroan akan segera mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun, proses initial public offering (IPO) yang dibutuhkan untuk bisa melantai di pasar saham adalah sekitar 2 sampai 3 tahun.

“Mudah-mudahan rencananya itu sesuai apa yang kami rencanakan jadi terealisasi (2026), InsyaAllah,” ujar Yuwono saat ditemui di Menara Mega Syariah Jakarta, Senin (26/2/2024).

Saat ini, BMS masih fokus memperbesar bisnisnya dengan memanfaatkan ekosistem dan nasabah korporasi. Di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti ini, pada tahun ini BMS memilih fokus untuk mengembangkan bisnis secara bertahap.

“Secara bertahap kami fokusnya, mengarah selalu getting growth,” ungkapnya.

Yuwono juga ikut memberikan pendapatnya perihal aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan perbankan syariah untuk melakukan konsolidasi dan spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS) bila aset sudah melebihi Rp 50 triliun. Terkini, UUS Bank Tabungan Negara atau BTN Syariah juga sedang menyiapkan akusisi bank Muamalat guna melaksanakan spin off.

Menurut Yuwono kedatangan para pemain baru bank akan turut mendorong market share perbankan syariah di Indonesia yang masih kecil dan memiliki potensi bisnisnya masih besar. OJK bahkan menyebut Indonesia harus memiliki setidaknya 2 hingga 3 BUS dengan skala aset sebesar Bank Syariah Indonesia (BSI).

“Jadi (kami tidak khawatir) karena marketnya (bank syariah) masih cukup besar untuk diambil, tinggal kami nguatin di literasi, pengetahuan tentang syariahnya. Jadi, men-switch antara yang emosional jadi rasional itu jadi sangat pengaruh. Toh (hadir pemain baru), bagus-bagus saja sih nanti dan makin kenceng lagi,” ujarnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler